Review Buku Homo Deus, Obsesi Sains Membuat Manusia Hidup Abadi
Di masa depan, ketika kamu ingin memesan junk food lewat layanan pesan antar, smartphone-mu akan memberi tahu semua nutrisi di dalam makanan tersebut, lalu memberi data riwayat penyakit/kesehatamu, goal kalori harianmu dan kapan terakhir kali kamu makan junk food.
Kalau di rasa berat badanmu terlalu
gemuk atau sudah makan terlalu banyak makan makanan dengan tinggi kalori, gula
dan garam, maka ponselmu memperingatkan agar tidak membelinya. Kalau kamu
ngeyel, ponselmu akan memblokir Gopay, OVO, Shopeepay atau memblokir kartu
kreditmu agar kamu tidak bisa membeli junk food itu. Ponsel pintarmu akan
melarangmu mengonsumsi junk food lagi selama beberapa hari demi kesehatan.
Apakah ponsel akan sepintar itu?
Jelas iya. Dan itu hanya contoh kecil saja. Dalam banyak hal, kehidupan manusia
akan dikelilingi teknologi cerdas dengan bantuan AI (Artificial Intelligence).
Kira-kira
begitulah intisari yang saya tangkap dari buku Homo Deus yang ditulis oleh
Yuval Noval Harari, penulis buku best seller Sapiens. Lewat sains dan
perkembangan teknologi yang semakin “tidak masuk akal” di mata orang-orang
awam, manusia akan terhindar dari kematian.
Segala
penyakit manusia bisa disembuhkan lewat diagnosis yang akurat dan proses
penyembuhkan yang tepat dan cepat. Berbagai macam kecelakaan dapat
diminimalisir lewat teknologi. Misalnya seluruh kendaraan dioperasikan oleh
robot sehingga tidak ada kelalaian dari manusia yang mengakibatkan kecelakaan.
Di masa
depan, pekerjaan-pekerjaan dokter, supir, buruh, semuanya bisa digantikan oleh
robot. Ketika kecanggihan teknologi mencapai puncaknya tertingginya, impian
manusia yang dulu dianggap tidak mungkin akan segera terwujud. Apa itu? Hidup
abadi.
Meski
terdengar tidak masuk akal dan melawan kepercayaan orang-orang beragama, tapi
obsesi sains dan teknologi memberi kesempatan manusia untuk hidup lebih panjang
dan menghindari ketakutan yang selama ini dirasakan semua manusia yaitu
kematian. Terdengar gila, kan? Tapi Yuval dalam bukunya ini terlihat sangat
percaya diri dengan merinci kenapa argumennya bisa dipertanggung jawabkan.
Yuval
menulis bahwa di tahun 2033-2040 akan semakin banyak pekerjaan manusia yang
hilang. Satu-satunya pekerjaan yang dimungkinkan belum hilang adalah pekerjaan
yang membutuhkan kreativitas di dalam dunia digital. Karena hanya bidang itulah
yang masih sulit dikerjakan oleh Al.
Maka dari
itu, yang tersisa dari dunia kerja hanyalah pekerjaan yang membutuhkan
kreativitas tinggi saja. Tapi masalahnya, di masa depan akan sangat sulit untuk
bagi manusia punya pekerjaan di bidang kreatif karena saat ini kurikulum
pendidikan masih menggunakan sistem yang belum menuntut seseorang untuk
kreatif.
Masih banyak
pendidikan di masa depan yang dapat dijadikan sebagai modal dasar masuk ke
dunia kerja. Misalnya beberapa pekerjaan idaman seperti dokter spesialis
jantung, gigi, tulang dan lain-lain masih jadi idaman. Padahal 20 tahun yang
akan datang, pekerjaan dokter seperti itu diprediksi akan berkurang bahkan
mungkin bisa hilang.
Yuval
menulis bukunya seperti bukan sebagai manusia, tapi seperti makhluk dari masa
depan yang mencoba menelah masa lalu dan memprediksi masa depan kehidupan
manusia. Dia bercerita dengan membuka banyak fakta yang bagi saya mengejutkan.
Bahkan
beberapa bab sempat membuat saya berpikir lagi soal kehidupan saya dan
orang-orang sekitar. Setelah membaca buku ini, saya jadi memaknai setiap
peristiwa di seluruh dunia menjadi potongan-potongan kehidupan yang bukan
sebatas sejarah, tapi cerita bak sebuah film.
Saya seperti
sedang menonton film dengan setting cerita masa depan. Tapi bayangan Yuval
tentang masa depan bukan hanya keren, tapi menakutkan. Karena saya tidak bisa
membayangkan jika manusia pada akhirnya tidak membatasi setiap perkembangan
sains dan teknologi sehingga semua yang dilakukan manusia akan bisa dilakukan
oleh AI.
Ketika
membaca buku ini, ada hal-hal yang terdengar tidak masuk akal. Tapi saya rasa
itu karena penulis lebih banyak membicarakan hal-hal yang kemungkinan akan
terjadi di masa depan dan masih terdengar sulit menjadi kenyataan jika konteksnya
dibicarakan saat ini.
Ada beberapa
pembahasan juga yang mungkin agak menyinggung kaum konservatif, tapi saya
berusaha untuk berpikir lebih terbuka atas semua fakta yang dijelaskan oleh
penulis. Ada banyak pemahaman-pemahaman yang bagi saya sangat baru dan masuk
logika. Dan itu sangat membuka mata saya dalam melihat dunia.
Dalam
beberapa hal, Yuval mengajak pembaca mengambil perspektif di luar dogma dan
keyakinan kita selama ini. Mungkin bagi sebagian orang yang membacanya akan
merasa tercerahkan, tapi di sisi lain pasti ada orang yang akan sedikit goyah
tetap apa yang selama ini kita yakini.
Dari sekian
banyak hal yang dibahas termasuk sejarah manusia hingga sekarang, membawa saya
pada satu kesimpulan bahwa semua hal yang terjadi di dunia ini selalu berasal
dari pikiran seseorang yang berbeda-beda dan dipengaruhi oleh faktor sejarah
sebelumnya. Ini saling berkaitan dengan satu sejarah ke sejarah lain, dari satu
keturunan ke keturunan yang selanjutnya. Intinya, kita yang hidup sekarang
adalah produk sejarah di masa lalu.
Selain itu
yang menarik buat saya adalah dia berbicara soal kehendak bebas kita sebagai
manusia. Bagi Yuval kehendak bebas itu tidak ada. Kebebasan yang sering di
gaungkan oleh liberal. Misalnya, jika dilihat secara sains sesungguhnya tidak
ada yang namanya kebebasan murni.
Maksudnya,
apa yang menurut kita bebas sesungguhnya tidak benar-benar bebas karena kita
telah dikendalikan oleh kerja otak kita sendiri. Dan kerja otak itu dipengaruhi
oleh lingkungan, kondisi sosial, dogma, pendidikan orang tua dan lain-lain. Apalagi
di masa depan, kerja otak kita bisa dimanipulasi dengan sebuah alat yang
direalisasikan kepada otak sehingga pola pikir kita bisa diatur sesuai dengan
si pembuat alatnya tersebut.
Catatan,
opini saya:
- Menurut
Yuval, Masalah utama global seperti kelaparan, kemiskinan dan penyakit bisa
dihilangkan dengan sains. Sains telah berkontribusi dalam menurunkan angka
kelaparan, kemajuan di dunia kedokteran dan teknologi yang memudahkan kita
untuk hidup lebih nyaman serta meningkatkan kemakmuran bagi banyak orang.
Tapi,
kemajuan sains biasanya sejalan dengan kapitalisme di mana misalnya
penemuan-penemuan baru menghasilkan sebuah produk yang merugikan alam. Misalnya
penemuan kendaraan bermotor, smartphone, kemasan plastik dan banyak benda yang
dibuat di pabrik hingga menghasilkan limbah yang tak ramah lingkungan.
- Kapitalisme
harus bertanggung jawab atas kerusakan alam yang ada di dunia. Dan kapitalisme
tidak akan semaju sekarang jika sains pun tidak maju. Karena sains dan
kapitalisme adalah produk yang saling membantu satu sama lain. Meski saat ini
berbagai industri telah mendorong penggunaan produk ramah lingkungan, tapi
progress-nya sangat lambat.
- Idealnya,
sains memang harus berkontribusi pada terciptanya kemakmuran dengan penciptaan
obat dan teknologi, tapi perkembangan sains harus diakui telah membuat manusia
terlena. Manusia lebih egois, menuhankan uang dan mengabaikan moralitas.
- Meskipun
masa depan berbagai macam pekerjaan menurut Yuval akan mati dan digantikan oleh
AI dan algoritma, dalam pikiran saya, apakah manusia akan membiarkan itu
terjadi? Apakah di masa depan manusia akan memprotes kecanggihan teknologi dan
sains agar menghentikan segala macam inovasinya?
- Menurut
saya, prediksi Yuval bisa benar benar terjadi. Tapi apa yang ada di Homo Deus
sama seperti sebuah teori ideal yang implementasinya sulit dilakukan. Boleh
saja teknologi semakin maju dengan data, tapi siapa yang menjamin tidak ada
manusia yang menentang hal itu?
- Akan
selalu ada kelompok yang bersebrangan. Termasuk orang -orang yang merasa
terancam hidupnya. Pekerjaan yang digantikan oleh robot mungkin saja akan
mengalami perlawanan dari manusia. Perlawanan ini bisa jadi dilakukan dari
kelas bawah. Atau bisa juga dari pemilik industri, elit dan pemegang kekuasaan
bisa berbaik hati agar mengurangi inovasi dalam sains dan teknologi agar
beberapa sektor pekerjaan dibiarkan tetap dilakukan oleh manusia.
- Manusia,
meski menurut buku Homo Deus hanya sebuah algoritma yang kompleks, justru
karena kompleks itulah sulit untuk mewujudkan tujuan-tujuan sains.
- Adapun
tentang teknologi. Jika di masa depan banyak teknologi yang semakin mempermudah
kehidupan manusia, tapi ada satu hal yang sulit terjadi yaitu tren. Manusia
suka dengan tren, manusia suka hal unik. Saat ini ketika teknologi maju, ada
saja sekelompok orang yang kembali pada konsep tradisional. Sehingga tidak
menutup kemungkinan ada sebagian manusia yang justru mencoba meninggalkan atau
mengurangi kemajuan teknologi. Mereka kembali melakukan banyak hal secara
manual tanpa bantuan alat canggih. Meski hal-hal yang tradisional nampak kuno
dan malah mempersulit pekerjaan manusia, tapi kesulitan itulah yang dicari.
-
Prediksi-prediksi Yuval bisa jadi benar, tapi butuh waktu yang lebih lama
daripada yang diprediksi karena saya rasa dunia juga cukup kewalahan dengan
kondisi alam. Satu-satunya yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia adalah
kekuatan alam itu sendiri. Bencana alam seperti gempa, tsunami, gunung meletus
dan cuaca ekstrem sulit diprediksi. Ditambah lagi keadaan ekonomi yang
fluktuatif serta situasi politik yang tidak bisa ditebak.