Kau dan si Penista
via Rebuplika.co.id |
Menurutku itu bukan berarti apa-apa
Dunia sedang baik-baik saja kawan
Kita tak sedang dilanda perang
Aku menyadari, sebagai muslim, ada penistaan disana
Namun kau keliru menafsirkan itu
Bagi kau maaf saja darinya tidaklah cukup
Mungkin kau lupa bahwa Tuhan kita adalah Maha dari segala Maha pemaaf
Kau bilang aksi damai tapi kau tak mau ‘berdamai’ dengan si penista
Kuberpikir bahwa sekarang kau menjadi anti-pemaaf
Kau berusaha untuk beda dengan Tuhan
Padahal kedudukanmu dibawah Tuhan
Bahkan Tuhan pun tak memberi satu syaratpun untuk meminta maaf
Beda dengan kau yang minta maaf saja syaratnya harus tetap dipenjara
Bila maaf saja tak cukup, lantas apa yang kau harapkan?
Dipenjarakan agar dia jera? Setelah itu apa?
Lagi-lagi kau akan berpikir heroik
Kau berbagga bahwa kemenangan sedang ada pihak kita
Bila tidak, kau pun pasti tak akan menyalahkan tuhan
Kau pasti akan menyalahkan sistem yang kau anggap curang
Bahwa keadilan sudah dipertaruhkan
Sejenak, mari ikut aku berpikir..
Bila kita maafkan saja si ‘penista agama’
Maka, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Tak ada terjadi apa-apa wahai sodaraku
Kemudian ajak si ‘penista agama’ itu berdiskusi
Mungkin kita lupa bahwa dia bukanlah muslim
Jadi “wajar” bila dia salah tafsir
Maka, cobalah kenalkan dia dengan tafsirmu
Bukanlah itu lebih indah kawan?