Demonstrasi Mahasiswa Yang Tak Bermakna
Demo sambil bakar ban mobil itu biar apa? mending bakar ayam. enak. (via liputan9.com) |
Kehidupan mahasiswa selama ini bukan saja terpaku pada kegiatan mata kuliah dan segudang aktivitas kampus saja. Diluar itu, mahasiswa punya peran besar dalam memajukan bangsa dan negara. Maka tidak heran jika mahasiswa sering dijuluki sebagai agen perubahan. Salah satu dukungan kuat mahasiswa terhadap bangsa dan negara adalah turut andil dalam mengawasi dan mengkritisi setiap kebijakan pemerintahan. Bagian dari dukungan tersebut disampaikan melalui menyampaikan aspirasi mahasiswa dengan berdemonstrasi.
Demonstrasi dalam kehidupan mahasiswa bukan sesuatu yang aneh. Sudah banyak aksi demonstrasi mahasiswa yang pernah dilakukan. Sebagian demonstrasi dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu seperti halnya demonstrasi yang pernah dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa Pemerhati Tata Ruang Makassar memperingati hari tata ruang nasional 8 November 2016 lalu.
Namun sayangnya, dalam berdemontrasi, khususnya demonstrasi yang dilakukan mahasiswa nampak kurang terdengar gaungnya. Sebab mahasiswa tidak menyadari bahwa demonstrasi hanya jadi budaya demokrasi yang tidak bermakna dan kurang membuahkan hasil.
Miris sekali ketika melihat demonstrasi hanya dilakukan atas dasar paksaan, bukan di dasari atas kesadaran diri sendiri. Hanya karena di suruh oleh kakak tingkat atau ikut-ikutan teman se-jurusan saja. Lalu apa hasil yang kita dapat dari hasil berdemo? berpanas-panasan, berteriak sampai suara kita habis? Hasilnya nyaris nihil.Yang ada hanya kelelahan berjemur di atas sinar matahari sampai kulit-kulit mahasiswa yang tadinya gelap jadi tambah gelap. Kasihan!
Parahnya (lagi) demonstrasi yang dilakukan mahasiswa hanya jadi angin lalu saja. Hanya sedikit aspirasi yang benar benar didengar oleh pemerintah. Bahkan media pun nampak kurang tertarik untuk menyebarluaskan pemberitaan itu secara masif.
Jangalah kita menyamakan demonstrasi sekarang dengan demontrasi yang dilakukan mahasiswa di tahun 1998 untuk menggulingkan orde baru. Karena kondsisi politiknya berbeda. Kita harus ingat bahwa pada era itu, kondisi politik cenderung tidak stabil dan mahasiswa menyadari bahwa ada banyak penyimpangan demokrasi yang terjadi selama pemerintahan Soeharto yang lebih cenderung otoriter. Itu yang memaksa mahasiswa untuk benar-benar bergerak dan melakukan represi politik pada pemerintah. Sedangkan sekarang? Kondisi politik indonesia cedenrung stabil dan iklim demonstarasi berjalan dengan baik.
Aspirasi memang perlu, sangat perlu. Tapi bagaimana caranya agar aksi demonstrasi tersebut tidak hanya jadi angin lalu saja. Berdemo harus disertai pemikiran yang matang, bertimbangan dan alasan yang jelas. Jika berdemo tidak ada isinya, hanya ingin di cap ‘biar keliatan aktif’ untuk apa?
Nah, jika demontrasi selama ini dilakukan diangggap kurang ampuh, ketiggalan jaman, dan di rasa kurang efektif untuk menuntut pemerintah, kenapa harus terus dipaksakan? Bukankah itu sia-sia saja? kalau bukan dengan cara berdemo, bagaimana cara mahasiswa menyampaikan aspirasi atau mengkritik terhadap kebijakan pemerintah?
Hei! Sekarang kita hidup di jaman modern dengan kecanggihan teknologinya. Bukan lagi mahasiswa 98 yang mau menelpon gebetan saja harus ke cari Wartel.
Kita bisa memanfaatkan teknologi yang selama ini kita gunakan untuk beraspirasi melalui banyak media seperti sosial media, blog, dan lain sebagainya. Kalau perlu, kita buat gerakan besar, kegiatan sosial, bazzar, atau seminar dengan tema-tema sesuai dengan aspirasi kita.
Selain itu kegiatan-kegiatan seperti pengabdian masyarakat, semina, atau membuka pelatihan-pelatihan teknologi lebih punya pergerakan yang kongkrit untuk ikut andil dalam memajukan kemajuan bangsa dan negara daripada harus ‘menyiksa’ mahasiswa dengan membawa spanduk-spanduk besar, bakar-bakar ban, atau malah membuat kemacetan di jalan.
Tapi, kanda tidak bermaksud untuk melarang mahasiswa untuk berdemo. Toh demonstrasi selama ini memang di izinkan dan dilindungi undang-udang. Kanda hanya menyarankan bahwa penyampaian aspirasi bisa dilakukan dengan banyak cara dan masih banyak hal produktif yang bisa mahasiswa lakukan untuk bangsa dan negara. Tidak mesti terfokus pada demonstasi saja. Ini bisa jadi jalan alternatif yang sangat menyesuaikan dengan kondisi jaman sekarang dengan segala modernisasinya. Yuk, berpikir lebih cerdas! Salam Mahasiswa!
Note: tulisan ini pernah terbit di majalah Gemercik edisi ke-2 dan telah di revisi dengan penambahan isi dan kalimat seperlunya.