Provokasi 'ndeso' dan Boikot LGBT
Tahun 2014, Tasikmalaya pernah terjadi perusakan restoran cepat saji Made in barat seperti KFC dan Mc’donalds oleh sekelompok santri. Tujuannya yaitu sebagai bentuk protes kepada Amerika yang diduga mendukung penyerangan Israel terhadap Palestina. Mereka meminta restoran tersebut untuk tutup selama beberapa hari dengan memaksa mengeluarkan surat perjanjiannya untuk tidak beroperasi sesuai perjanjian yang telah disekapakati. Akhirnya, Keinginan mereka diikuti. KFC dan Mc’d tutup selama 3 hari.
Apa masalahnya selesai? Tidak. Warga Palestina tetap menderita dan Israel tetap melakukan serangan terhadap Palestina.
Sebenarnya memaksa restoran Amerika tutup sementara bahkan selamanya pun tidak akan berpangaruh apa-apa. KFC dan Mc’Donald’s merupakan perusahaan swasta yang tidak berafiliasi dengan Amerika. Perusahaan mereka bangkrut sekalipun tidak akan membuat Amerika marah.
Justru yang rugi adalah pelaku-pelaku usaha yang berinvestasi di Indonesia. Kita tahu bahwa KFC dan Mc’Donalds merupakan franchise dimana setiap cabangnya dimiliki oleh pemodal lokal. Jika KFC dan Mc’d di Tasikmalaya bangkrut, yang rugi adalah orang lokal yang memberikan modalnya untuk membangun restoran tersebut. Jadi sama sekali tidak ada hubungannya dengan Amerika.
Menutup restoran dari Amerika justru malah menimbulkan banyak masalah baru. Salah satunya roda usaha yang terganggu. Bayangkan, ada banyak karyawan di restoran yang terpaksa gaji nya dipotong karena restoran dipaksa tutup beberapa hari, konsumen pun tidak bisa menikmati makanan disana, dan distributor ayam merugi karena tidak ada pesanan ayam dari pihak franchise, Apa mereka (para santri) tidak pernah memikirkan hal ini?
Tidak sampai disitu saja. Di tahun 2016, sempat ada boikot terhadap produk Sari Roti dari sekelompok Muslim karena pimpinan Sari roti mengatakan tidak mendukung aksi bela islam, mereka (yang mengataskan namakan agama) menyuruh para muslim untuk memboikot dan jangan pernah membeli sari roti. Ini apa namanya? Apa mereka tidak memikirkan ada ribuan orang karyawan yang kerja pabrik sari roti untuk menghidupi keluarga mereka? Apa mereka tidak pernah memikirkan hal ini?
ada lagi. Yang baru-baru ini heboh adalah boikot sebuah kedai kopi Starbucks. Pimpinan (CEO) Starbucks mengatakan kalau ia mendukung LGBT. Sekelompok muslim lantas memaksa memboikot Starbucks. nampaknya, bagi mereka segala permasalahan harus diselesaikan dengan boikot-memboikot. Padahal apa yang mereka lakukan tidak akan menyelesaikan masalah.
Penutupan restoran atau Boikot-memboikot sebuah perusahaan bukan jalan keluar dari permasalahan. Jika sari roti tidak mendukung aksi, yang sudah biarkan. Jika CEO Starbucks mendukung LGBT memangnya kenapa? Itu pernyataan dia secara pribadi. Tentang dia mendukung LGBT atau tidak itu bukan urusan kita. Jelas, mereka berbeda keyakinan dengan kita. Selama kita tetap berpegang teguh dan tidak terpengaruh dengan mereka, lantas apa masalahnya?
Apalagi menyangkut Urusan dengan Starbucks. Starbucks adalah sebuah bisnis yang legal. Izin usaha mereka ada dan mereka membayar pajak pada pemerintah. Lalu, kenapa mesti di boikot dengan alasan sepihak?
harusnya jika tetap kekeh ingin memboikot ya silahkan saja tapi jangan pilih-pilih. Facebook, Twitter, Line, Whatsapp, Google-Android, Coca-cola, Oreo, bahkan sepatu Nike atau Adidas yang kita punya sekalipun mendukung LGBT. Apa kita akan boikot juga, menutup semua akun media sosial kita dan meninggalkan semua produk yang bertahun-tahun kita pakai hanya karena sang CEO mendukung LBGT? Yakin?
Pernyataan dukungan sang CEO perusahaan bisa saja pernyataan pribadi. Sebab lingkungan di negaranya juga mendukung untuk hal itu. Pola pikir mereka tentang LGBT memang salah satu kebebasan yang mesti dihargai. Terlebih mereka juga bukan muslim. Jadi wajar jika mereka mendukung LGBT. Sebenarnya tidak ada hubungannya dengan bisnis atau usaha yang mereka punya.
Meskipun Mark Zuckerberg mendukung LGBT bukan berarti jika kita main facebook, kita termasuk orang yang mendukung LGBT juga. Pun jika dukungan tersebut di aplikasikan pada facebook tak akan berpangaruh apa-apa jika kita memang tidak mendukungnya.
Kita masih bisa bermain facebook, berbagi hal-hal baik, bikin status alay, menggunakan facebook dengan bijak, cari jodoh, berbagi tulisan, upload foto dan lain sebagainya. Tidak ada urusan dengan dukungan facebook terhadap LGBT. Biarkan mereka mendukung LGBT dan kita sebagai muslim yang baik tetap berpegang teguh bahwa LGBT memang “haram” dalam agama kita. Bukan lantas kita main boikot sembarangan terhadap orang orang yang tidak sepaham dengan kita (muslim).
Ayolah berpikir lebih dewasa! Intinya jangan mudah terprovokasi!
Kebodohan bukan ada pada kaum wahyudi, premason, zionis, atau 9 naga Dragon Ball yang tersebar di penjuru dunia. Tapi kebodohan ada pada muslimnya sendiri, yang mudah sekali dibodohi oleh provokasi bodoh. kebiasan-kebiasan oknum bodoh itu yang membuat citra muslim jadi buruk. Boikot memboikot tidak akan menyelesaikan masalah.Yang terjadi malah menambah masalah. Apa kita akan terus memboikot hanya karena mereka bersebrangan dengan pemahaman kita sebagai muslim? Mau sampai kapan?
Tidak ada komentar: