Kiamat Itu Masih Lama
ilustrasi via pixabay.com |
Kiamat dalam kepercayaan orang beragama adalah suatu akhir dari kehidupan dunia. Itu artinya panggung sandiwara sudah berada pada titik klimaks, tempat singgah manusia akan segera musnah dan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi telah selesai.
Sejak nenek kita masih mejadi remaja unyu-unyu, ia sudah percaya kalau kiamat itu sudah dekat. Begitupun kedua orang tua, mereka juga percaya kalau dunia ini sudah hampir habis masa berlakunya. Kepercayaan itu, menurun sampai pada anak-anaknya dan cucu-cucunya. Mereka selalu percaya kiamat sudah semakin dekat. Tapi buktinya dari jaman buyut sama cucu sekarang kiamat belum juga terjadi.
Kenapa kita tidak sesekali berkata, ‘santai aja, kiamat masih lama’? Toh kiamat sampai saaat ini belum terjadi. Kalau pun terjadi, kita bisa apa? Jangankan kiamat, mengingat kematian saja sudah uring-uringan. Manusia cuma bisa siap-siap, bawa perbekalan amal seadanya dan ketika hari akhir itu tiba.. boom!! Matilah kita. The end.
Sebenarnya, game over-nya dunia ini tidak akan pernah tahu, kapan, seperti apa, atau jam berapa akan terjadi. Kepercayaan akan dekatnya hari akhir berasal dari lahirnya keburukan dan musibah yang silih berganti. Kejahatan, manusia berkelakuan binatang, dan seksualitas menyimpang yang marak terjadi. Ditambah dengan alam yang sudah mulai ‘gila’ meluluh lantahkan benda dan nyawa. Hal-hal seperti itu selalu dikaitkan dengan tanda-tanda kiamat. Perihal kiamat, sebagian memang ditulis dalam kitab suci. Tapi sampai kapanpun seseorang tidak akan tahu kapan datangnya kiamat.
Terkadang, orang jadi ‘overdosis’ dengan kepercayaan ‘kiamat sudah dekat’ ini. Orang-orang berkumpul, berkerumun, mengambil satu kesimpulan, ‘inilah tanda-tanda akhir zaman’. Melihat orang ciuman di depan umum, “wah kiamat sudah dekat nih”, ngeliat pemimpin berkhianat pada rakyatnya, “kiamat nih, Kiamat!”, atau melihat sesama jenis saling suka, pacaran lalu menikah, “tanda-tanda kiamat nih”. Semua dihubung-hubungkan dengan kiamat.
Padahal kenyataannya moral manusia yang dianggap buruk itu sudah ada dari dulu sejak sebelum dan sesudah jaman Nabi. Segala kejahatan, pencurian, orang tua bunuh anak, anak bunuh orang tua, dan penyimpan seksual seperti LGBT sekalipun sudah ada dari zaman nenek Sukarno belum lahir. Bahkan sebelum negara api menyerang. tapi semua kejadian itu baru terkenal dan diketahui banyak orang karena ada publikasi dari media massa. Berkat adanya media, semua kejadian dari pelosok, pendalaman Papua pun bisa terliput oleh media.
Jadi jika cuma karena moral manusia buruk akan membuat kiamat semakin dekat maka mungkin dari dulu juga sudah terjadi kiamat. Karena moral buruk manusia sudah banyak terjadi beratus-ratus tahun yang lalu. Kepercayaan tentang hari akhir memang perlu diyakini agar keimanan teruji. Tapi bukan untuk ditakuti karena, sama halnya kematian, kiamat adalah satu hal yang saklek, tidak bisa diganggu tanggal mainnya.
Setakut apapun manusia, kiamat pasti akan terjadi. Kapan? Entah. Seharusnya manusia cukup meyakini dan menjadikan tanda-tanda hari akhir sebagai ajang untuk saling memperbaiki diri selama hidup di bumi tercinta ini. Bukan malah menakuti-nakuti lantas tak ada introspeksi diri.
Ya, mudah-mudahan kita semua tidak terbawa latah yang hobinya berkata 'kiamat sudah dekat' tapi tidak pernah berbenah diri untuk menjadi manusia yang lebih baik. Jangan berpikir, dikit-dikit kiamat, dikit-dikit kiamat, lah, kiamat kok dikit-dikit?
paling horor kalau ngomongin kiamat hihihi but nice post brother ...
BalasHapusKita tidak bakal tahu kapan kiamat itu terjadi
BalasHapusCuma tuhan yg tahu