Review Film "Wonder": Perjuangan 'Astronot' Kecil Membangun Kepercayan Diri
belfastlive.co.uk - |
Penampilan wajah memang sering menjadi tolak ukur kita. Maka don’t judge a book by its cover hanya menjadi pembenarannya bagi sebagian orang saja. Nyatanya, orang-orang terkadang harus menilai lebih dulu dari apa yang pertama kali dilihat. Salah satunya adalah wajah.
Namun bayangkan jika kamu dilahirkan dengan kondisi wajah yang katakanlah tidak sempurna. Apa kamu akan bertahan dengan olok-olokan orang yang menganggap wajahmu aneh? Nah, Wonder memberikan sedikit gambaran tentang hal itu.
Disini kita akan melihat bagaimana August “Auggie” Pullman (Jacob Tremblay) bisa menemukan semangat hidup baru setelah mengalami perundungan (bullying) yang dilakukan teman-temannya sejak sang ibu memutuskan berhenti memberikan pendidikan home schooling dan mulai menyekolahkan dia ke sekolah umum.
Meski Wonder yang diangkat dari novel dengan judul yang sama ini tidak semengharu biru seperti Miracle in Cell No 7. Akan tetapi film ini cukup membuat saya tertegun. Dengan isi cerita yang mengingatkan saya pada film indonesia, My Idiot Brother yang punya konflik cerita yang mirip: adik yang ‘tidak normal’ serta sang kakak yang sulit menerima keadaan sang adik. Dan Wonder menyuguhkan konflik cerita yang kurang lebih sama.
Auggie mengalami perundungan karena kondisi wajahnya yang mengalami kelainan dan sang kakak, Via atau Olivia (Izabela Vidovic) yang sangat pengertian mencoba memahami kekurangannya. Namun di sisi lain, Via merasa iri karena pusat perhatian kedua orang tuanya hanya terfokus pada Auggie. Kehadiran sang nenek memang bisa sedikit mengobati perasaan iri pada Auggie. Namun sejak nenek meninggal, ia merasa tidak ada lagi orang yang perhatian dengannya.
Di lingkungan sekolah yang baru, Via juga kehilangan kedekatan teman masa kecilnya, Miranda. Ia juga bertemu dengan seorang pria yang membuatnya sedikit lebih baik. Mengajaknya ikut Theater dan menemukan hal-hal baru.
Sedangkan tokoh Auggie adalah tokoh yang mungkin sering kita temui di lingkungan sehari-hari. Seorang anak yang punya kekurangan secara fisik dan berkonflik dengan teman-temannya sendiri. Ada yang melihatnya aneh, menjauhinya, namun ada pula yang menerima dirinya apa adanya.
Konflik Auggie dan Via
Via dan Auggie (screenshot dok. pribadi) |
Sebenarnya konflik Auggie dengan teman-temannya agak terasa hambar. Karena konflik yang dimunculkan terlalu familiar bagi saya. Antara mereka yang suka dan tidak suka terhadap Auggie, kemudian disambut happy ending ketika semua orang akhirnya berpihak padanya. Semua orang menyukainya dan ia dianggap heroik dengan segala kekurangan yang ia miliki.
Justru yang menurut saya paling menarik adalah tokoh sang kakak, Via yang selayaknya seorang anak pertama yang memang kehilangan rasa kasih sayang dari orang tua atas kelahiran adiknya. Walaupun dulu Via sempat mengharapnya bisa memiliki adik kecil, tapi ia tahu bahwa dengan segala kekurangan Auggie, ia jadi mendapat perhatian jauh lebih besar dibadingkan dirinya.
Pemain cilik dan tokoh Via yang mencuri perhatian
Wonder banyak menampilan aktor/aktris cilik yang actingnya sangat baik. Diluar tokoh Auggie, seperti Jack Will (Noah Jupe), Summer (Millie Davis), Julian (Bryce Gheisar), dan Amos (Ty Consiglio) mereka memerankan peran dengan apik. Salah satu yang menarik daru Jack Will yang sempat membuat saya heran karena wajahnya yang mirip sekali dengan salah satu personil One Direction. Dia tampak seperti versi anak-anak dari Harry Styles.
Kemudian tokoh Via yang wajahnya mengingatkan saya pad Amanda Rawles. Dia memerankan tokoh sang kakak dengan penampilan yang natural selayaknya seorang gadis SMA.
Sudut pandang tokoh yang berbeda-beda
Ini yang saya sukai dari Wonder. Ending cerita mengharukan seperti ini memang akan sedikit mudah ditebak. Namun dengan alur yang diambil dari sudut pandang banyak tokoh memberikan warna tersendiri. Kita tidak terus-menerus diajak untuk menangisi kekurangan Auggie, namun kita akan melihat konflik di sekeliling Auggie dari sudut pandang masih-masing tokoh.
Ya, selain Auggie. Via dan Marinda memberikan pandangannya masing-masing tentang hidup mereka. Disini menjadi menarik karena Wonder tampak lebih hidup dan tidak sebatas menggali kesedihan tokoh utama. Namun memang dengan berganti-gantinya sudut pandang, alur cerita jadi kurang terfokus.
Saya melihat Wonder menjadi punya cerita tersendiri yang terpisah-pisah. Saya pun jadi agak bingung ketika harus mencari tokoh yang paling mencuri perhatian karena setiap tokoh punya sisi menariknya tersendiri. Saya tidak tahu apakah dengan alur cerita seperti itu bisa dianggap baik atau tidak. Akan tetapi, konsep berganti-ganti sudut pandang memberikan hal baru bagi saya dalam menikmati setiap tokoh dalam film.
Tidak ada komentar: