Gadis di Akhir November (2)
Baca juga: Gadis di Akhir November (1)
Tidak terasa setahun lebih menunggu. Menahan penantian sejak lama. Gadis itu tak banyak berubah. Masih terlihat menarik dengan tubuh ringkihnya dan gaya bicaranya yang khas.
Sebelumnya, berkali-kali aku berkata tentang harapan di masa depan yang kutahu sendiri kalau itu sulit mungkin terjadi. Kalaupun kesempatan ada di pelupuk mata, segan sekali untuk meraihnya. Kenapa? Sebab ada banyak hal yang tidak bisa dijelaskan lewat untaian kata. Berbagai alasan yang sangat sulit untuk diterima.
Gadis itu memang tak menunjukan banyak perubahan. Tapi hatinya menunjukan pesona baru yang lebih mengembirakan. Aku tahu dari rona mukanya yang seringkali menguntit. Memperlihatkan bahwa dia sudah terbebas dari cengkraman lama dari pria yang selama ini ia cintai. Ia berhasil melerai kebimbangan yang selama ini ia kukuhkan.
Aku, jujur, tak pernah senang mendengar kabar baik darinya. Bahkan ketika ia berkata pada teman sejawatnya dengan nada yang nakal sekalipun. Sesekali aku (mungkin) bermuram duka atas perpisahan yang penimpannya. Terlebih hubungan yang yang belasan minggu ia bangun. Parahnya, ia mengakhiri itu dengan penghianatan sang lelakinya.
Bagaimana tidak, gadis itu kutahu sedang berlinang air mata di tengah sunyinya malam. Kutahu jika ia berharap cemas, menunggu keputusan yang sejak awal ia tahu apa akibatnya. Sekarang, akhir itu di depan mata. Ia harus menerima pil pahit dari gadis lain yang bahkan ia sendiri tidak kenal. Baginya, ini merupakan pengkhianatan tingkat dewa.
Kini gadis itu tahu, hubungan yang lama belum tentu indah dan yang singkat belum tentu rapuh. Semuanya tergantung bagaimana komitmen bersama. Kuncinya hanya ada pada kepercayaan, menahan godaan dan berusaha tidak membohongi diri sendiri. Apapun itu, tanpa terkecuali.
Namun, aku disini menemukan sisi lain yang gelap. Hal yang sebenarnya tidak pernah aku harapan. Bukankah dulu aku berharap ending ini akan terjadi? Lalu kenapa sekarang aku kecewa? Lebih-lebih menderita dari gadis itu?
Aku tahu kesempatan sudah menemukan titik terangnya. Samudera terbentang luas eloknya. Tetapi hentakan angin takkan bisa berbohong. Ada hal yang tidak bisa di-amin-kan. Ada sesuatu yang mengekang penyatuan antara kami berdua. Sesaat ini memang sangat-sangat memilukan.
Bila kamu tahu. Lebih-lebih tahu antara perasaan yang sesungguhnya. Lebih-lebih tahu dari sang Maha Tahu. Kau pasti akan terjemak pada pada lingkaran yang sama. Bila hal ini terus terjadi, tidak akan kata selain mengakhiri ini dengan damai, penuh ketenangan.
Jika ini masih menjemukan. Biarkan peluang itu berjalan dengan sendirinya. Membiarkan angin membawa takdir itu pada peristirahatannya. Bila itu tak juga berhasil, setidaknya aku bisa mengambil pelajaran berharga. Menepis gelagat tak karuan ini menjadi lebih baik.
Gadis di Akhir november,
(Masih) di harap-harapkan,
Tak lagi bimbang dengan keputusannya sendiri
Sayang, pertemuan baru tak menemukan takdirnya
29 Februari 2018
Photo by linternaute.com
Tidak ada komentar: