Zohri dan Pemerintah
Zohri atau Lalu Muhammad Zohri kini viral karena menjurai lomba lari internasional sejauh 100 meter di Finlandia. Zohri menjadi dikenal banyak orang lewat media, bukan saja karena prestasinya tapi dengan sejumlah perdebatan yang memicu kritik dari banyak pihak. Ada isu yang mengatakan nasib atlit di indonesia sangat Memprihatinkan. Walaupun sudah menjuarai lomba tingkat internasional, keluarganya masih hidup dalam kemiskinan.
Dengan viralnya kisah Zohri di media, banyak yang pihak yang ingin berdonasi dalam bentuk uang sampai ratusan juta. Ada yang membantu dalam perbaikan rumah Zohri di Lombok Utara termasuk fasilitas umum dari jalan sampai lampu penerangan yang menuju kawasan rumah Keluarganya.
Ada pula kontroversi soal tidak ada dukungan suporter indonesia dan isu tentang bendera yang digunakan Zohri yang katanya pemberian dari penonton Polandia yang merasa iba. Dari sejumlah perdebatan yang ada, kritik bukan saja bisa keluar dari ranah konflik seputaran Zohri dan keluarganya saja. Bila ditarik secara umum, kita bisa mengkritisi beberapa hal.
Misalnya tentang jumlah atlit di indonesia yang mapan secara ekonomi bisa dihitung berapa jumlahnya. Yang bernasib "sial" seperti Zohri juga ada dan yang cukup makmur secara ekonomi juga. Tapi pasti yang perlu menjadi perhatian adalah orang-orang seperti Zuhri. Untungnya prestasinya berhasil viral.
Tapi, bagaimana nasib atlit-atlit lain yang hidup dalam kemiskinan tapi tidak viral seperti Zohri? Apa mereka harus viral dulu agar mendapat banyak sumbangan dari pemerintah maupun stake holder lainnya? Kisah Zuhri bisa mendapat apresiasi dan kekaguman Bagi banyak orang tapi juga bisa menimbulkan iri hati bagi atlit-atlit lain.
Apalagi semenjak prestasi Zohri viral mulai ada renovasi rumah, perbaikan akses jalan dan lampu penerangan di sekitaran rumahnya. Hal ini justru menimbulkan banyak pertanyaan. Jadi sebelum Zohri menjuarai lomba, dimana peran pemerintah daerah dalam menfasilitasi infrastruktur desa? Kenapa setelah kisah keluarga Zohri banyak dibicarakan orang baru ada perbaikan infrastruktur? Jika Zohri kalah, apa akan ada perbaikan jalan dan lain sebagainya?
Apa pemerintah secara umum harus selalu bekerja berdasarkan cerita-cerita viral dan sorotan media? Padahal tugas pemerintah terkait semestinya dijalankan atas dasar kewajiban dan dilaksanakan atas kebutuhan masyarakat. Dengan adanya bantuan perbaikan jalan itu artinya amggarannya memang ada. Kalau anggarannya ada kenapa tidak diesekusi dari dulu?
Kisah Zohri bisa menjadi pembelajaran sekaligus pukulan bagi pemerintahan khususnya dalam kementerian olahraga, bagaimana perannya selain mewadahi kepentingan para atlit dalam berlaga, juga memikirkan kesejahteraannya secara ekonomi. Bukan sebatas karena Zohri disorot oleh media, lalu pemerintah jor-joran kasih sumbangan, lah kemarin-kemarin kemana saja?
Mungkin masih banyaknya Zohri-Zohri yang lain yang butuh didorong dan di fasilitasi. Kita sadar kalau Zohri dengan bantuan yang 'pas-pasan' saja bisa membawa banyak prestasi apalagi kalau dukungannya besar.
Keprihatinan kita pada Zuhri jangan sampai soal karena momennya sedang Hype lantas setelah itu terlupakan. Apalagi seandainya bantuan itu justru dilakukan atas kepentingan politis demi mendapatkan citra positif di mata masyarakat.
Tidak ada komentar: