Buku "Kebijakan Ahok" Dihargai 1 Juta Rupiah, Siapa yang Mau Beli?
Sekitar sebulan yang lalu akun instagram @basukibtp memposting sebuah foto yang memperlihatkan caption singkat tentang sejarah Lapangan Banteng disertai hastag #kokAhokKepikiran dan "Tunggu jawabannya 16 agustus 2018".
Ternyata beberapa foto yang di unggah itu berisi clue yang isinya kejutan kepada pendukungnya pada 16 agustus 2018 nantu. Setelah menunggu lama akhirnya kejutan itu adalah perilisan sebuah buku yang ditulis oleh Basuki atau akrab disapa Ahok selama mendekam di tahanan.
Buku itu diberi judul "Kebijakan Ahok" yang berisi seputar pengalamannya bekerja di birokrasi, baik di level legislatif sampai eksekutif. Ia berharap buku ini dibaca oleh mereka yang ingin terjun ke dunia politik praktis.
Yang paling mengagetkan adalah buku yang proses penulisannya ditulis dengan tulisan tangan ini di hargai sebesar 1 juta rupiah. Kenapa dihargai semahal itu? Sebab hasil penjualan buku tersebut alan di didonasikan kepada orang-orang yang selama ini meminta bantuan pada Ahok. Diakuinya meski berada di dalam jeruji besi, masih ada saja orang atau masyarakat yang meminta bantuannya.
Dengan cetakan 5000 eksemplar maka kira-kira profit yang akan didapat sebesar 5 miliar rupiah. Itu belum dipotong biaya produksi dan lain sebagainya. Tapi nilainya pasti masih sangat besar.
Berdonasi dengan cara membeli buku adalah ide yang cemerlang. Karena secara tidak langsung, Ahok mengajak orang untuk berdonasi sekaligus mengajak orang untuk minat membaca. Kalau boleh saya sebut, ini pantas dinamakan sebagai "donasi intektual".
Orang-orang diajak untuk berdonasi sekaligus membaca buku. Jangan bandingkan dengan donasi yang dilakukan oleh seorang ketua umum partai yang sekarang sedang maju lagi jadi calon presiden. Dia berdonasi untuk kepentingan nyampres dan tidak ada timbal balik secara intektual pada masyarakat.
Akan tetapi, saya agak tidak setuju dengan konsep berdonasi dengan cara memahalkan harga buku sampai 100 kali lipat dari harga normal karena kesannya buku tersebut akan terlihat sangat eksklusif sehingga tidak semua orang bisa membacanya.
Mungkin dengan cara tersebut, nilai donasinya akan besar dan donasi akan cepat terkumpul. Tapi Ahok sedikit mengabaikan nilai literasinya yang tinggi.
Alih-alih diberi harga fantastis, saya lebih setuju buku itu diberi harga normal lalu dilebihkan nilainya sebesar 10-50 ribu rupiah. Hitungannya jika maksimal buku dihargai 100 ribu dengan untung bersihnya sebesar 50 ribu, maka Ahok butuh mencetak buku sebanyak 100.000 ekslempar untuk mencapai target donasi sebesar 5 miliar.
Apa mungkin bukunya akam terjual sebanyak itu? Sepertinya memang tidak mungkin. Dengan budaya membaca kita yang rendah serta ukuran dompet mahasiswa seperti saya yang sangat tipis, setipis sehelai rambut di selangkangan maka donasi Ahok akan gagal mencapai target.
Nampaknya langkah Ahok memberi harga bukunya seharga handphone Cina tidak salah-salah amat. Tapi yang dipikirlan selanjutnya adalah jenis orang seperti apa yang akan membeli buku itu?
Menurut saya, jelas, buku Kebijakan Ahok akan dibeli oleh orang-orang kayah rayah seperti papah Setya Novanto. Jadi dia tidak perlu lagi membaca buku 'kosakata Al-Quran" di dalam sel palsu saat di sidak tim Mata Nazwa. Jika bukan, rakyat jelata beserta mahasiswa kere merege-hese sepeti saya akan patungan dengan beberapa orang untuk membeli 1 buku itu.
Ibaratnya saya ikut berdonasi dengan nilai yang lebih kecil. Mungkin patungannya terdiri dari 10 orang. Tiap orang nyumbang 100 ribu maka jadilah 1 juta. Ini jadi seperti berdonasi dalam donasi. Hitunganannya 1 buku terdiri dari 10 donatur. Ya begitulah kira-kira.
Harapan terakhir, karena saya pun penasaran dengan konten buku tersebut maka setelah buku itu terjual habis dan target donasi telah tercapai, mudah-mudahan tim Ahok akan menjual kembali dengan harga normal. Semoga.
Jadi, siapa yang mau beli buku paling mahal se-indonesia tersebut?
Tidak ada komentar: