Menyibukan Diri, Melupakan Masalah

Menyibukan diri, melupakan masalah

Ada banyak orang yang bermasalah dalam hidupnya. Bermasalah dalam karirnya, pendidikannya, keuangannya maupun kehidupan percintaannya. Perlu diakui kalau masalah itu sangat mengaggu pikiran. Sepanjang hari teringat dengan hal-hal yang tidak mengenakan. Mereka bisa saja melupakan masalah itu. Tapi hati dan pikiran tak mungkin mudah untuk dibujuk.

Menyibukan diri merupakan solusi yang paling lumrah dilakukan. Orang-orang bijak mengatakan bila kita punya masalah, sibukan diri kalian dengan aktivitas produktif. Dengan begitu, pikiran negatif itu akan hilang. Setidaknya kita tidak akan terkekung dengan rasa setres yang ada.

Menyibukan diri bisa dilakukan dengan banyak hal. Ada yang kembali menjalani hobi atau menemukan hobi baru. Ada yang berkumpul dengan temannya, berbicarakan hal-hal menyenangkan. Menyibukan diri memang terlihat seperti sebuah pelarian. Tapi memangnya kenapa? Ya akui saja itu sebagai pelarian. Sebab tak mungkin membohongi diri sendiri, seolah tak pernah terjadi apa-apa. Masalah itu ada di depan mata. Tidak perlu menenangkan diri dengan ucapan-ucapan yang tidak masuk akal.

Kita tidak bisa menghilangkan masalah hanya dengan mengalihkan pikiran kita pada aktivitas lain namun kita harus mengerti bahwa kehidupan ini tidak berhenti. Kehidupan ini terus berjalan. Kalau hanya untuk meratapi masalah sendiri dan hanya berdiam tak melakukan apa-apa, itu sama buang-buang waktu.

Masalah memang perlu diselesaikan. Tapi biarkan itu menjadi bagiannya. Diluar proses masalah itu berjalan, biarkan pikiran istirahat sejenak. Bebaskan penat dari pikiran yang membuat kita hampir gila.

Dari pada terkekang oleh masalah, sebaiknya kita memikirkan hal yang lebih luas. Bukankah masalah itu merenggut pikiran kita karena pemikiran kita yang sempit? Merasa hidup ini sia-sia dan tak pantas dilanjutkan lagi. Padahal jika kita mampu membuka mata lebih lebar, ada banyak hal yang sangat perlu dinikmati. Kebahagian tidak terfokus pada satu hal.

Kita wajib mencicipi kebahagian lain yang lebih menyenangkan. Dan itu bukan masalah apakah kebahagian itu ada atau tidak, tapi apakah kita mau dan mampu memgejar kebahagian baru itu.

Foto: economist.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.