Belajar Hemat Uang Secukupnya
Selain politik dan agama, uang juga termasuk ke dalam topik yang sensitif untuk dibicarakan. Terlebih orang-orang yang sepanjang hidupnya selalu bermasalah dengan kebutuhan finansial.
Duit, duit, dan duit.
Tapi kalau di pikir-pikir, siapa juga orang yang tidak punya masalah dengan uang? Apalagi bermasalah dengan uang yang pas-pasan. Betul? Tapi jangan takut, kalian tidak sendirian. Kurang uang adalah musuh kita bersama bung!
Berbicara uang, ada satu topik yang menarik diulas, yakni soal berhemat. Berhemat bagi sebagian orang adalah keputusan yang tidak populer. Apalagi berhemat dalam masalah uang.
Bagi saya, ketika kita ingin memutuskan berhemat uang, kata kuncinya adalah CUKUP. Cukup seringkali diabaikan ketika suatu keinginan menggebu-gebu.
Untuk berhemat kita memang harus sering merasa cukup. Cukup dalam arti tidak mengeluarkan yang lebih untuk sesuatu yang kurang perlu.
Ketika kita merasa cukup dengan kebutuhan yang memang diperlukan, jangan tergoda untuk membeli sesuatu yang kurang penting meski kita mampu membelinya.
Misal, kalau kita butuh beli smartphome, belilah sesuai kebutuhannya. Jangan membeli dengan dasar pansos dan gengsi hingga memaksa kita untuk membeli yang lebih mahal.
Kalau dengan beli smartphone yang middle-end kita tetap bisa buka sosmed standar (WA, Line, Instagram dsb), untuk apa beli smartphone mahal dengan fungsi yang sama.
Memang ada harga, ada kualitas. Tapi kalau kita punya budget yang besar, lebih baik kita membagi sebagian kecil untuk membeli barang yang kita inginkan dan menyisakan uang yang lebih besar untuk kebutuhan lain yang lebih punya value.
Atau lebih baik lagi jika sebagian besar uangnya kita tabung untuk kebutuhan lain. Kebutuhan ya, bukan keinginan. Jadi harus bisa membedakan.
Ada orang yang rela beli smartphone mahal, tapi sehari-hari dia harus mengorbankan uang makannya berkurang. Atau dia hampir tidak bisa membeli keperluan kuliahnya.
Demi gengsi, uang yang harusnya digunakan untuk kebutuhan malah dikorbankan untuk keinginan. Itu tindakan yang berlebihan.
Kita mesti belajar tentang berhemat sedini mungkin. Sekalipun kita berada pada posisi belum bekerja seperti saya, anak kuliahan. Sebab menumbuhkan kesadaran dalam berhemat bukan saja bisa dilakukan oleh orang yang sudah bisa cari uang sendiri.
Jika suatu saat kita sudah punya pekerjaan, maka kita sudah tahu belajar sedikit dalam mengelola keuangan.
Soal berhemat uang, saya sudah sering menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tapi ada yang salah dalam cara saya berhemat. Even saya kadang di kritik oleh kakak dan adik saya karena terlalu hemat dalam pengeluaran.
Saya sampai di sama-sama kan dengan stereotipe orang cina dalam berhemat. Katanya saya bukan hemat, tapi pelit. Akhirnya saya coba evaluasi lagi, kira-kira apa yang salah dengan cara saya berhemat.
Ternyata saya baru sadar ada porsi berhemat yang dilakukan secara berlebihan. Hemat juga ternyata mengenal kata CUKUP. Karena kalau hematnya kebangetan pun tidak baik.
Hemat yang saya lakukan pada waktu itu misalnya, hampir semua uang jajan saya tabung. Alasannya karena saya jarang jajan diluar dan lebih sering makan di rumah.
Kalau saya dapat honor dari nulis pun kadang saya tabung semuanya juga. Padahal, semestinya, harus ada sebagian dari uang yang digunakan untuk bersenang-senang.
Ya sesekali kita harus menggunakan uang untuk "foya-foya". Maksudnya kita juga harus menyisihkan uang kita untuk membeli sesuatu yang membuat kita bahagia.
Misalnya kita punya satu hobi, ya belanjakan uang itu untuk hobi itu. Yang suka main gitar, kalau mau beli yang baru, ya silahkan beli yang baru. Itu contohnya. Tapi tetap harus ada uang yang di tabung sebagai bentuk penghematan juga.
Atau sekali-kali kita boleh membeli makanan yang cukup mahal atau pergi ke tempat hiburan, objek wisata atau bioskop. Hanya sesekali ya, jangan ditempatkan sebagai kebutuhan yang primer.
Dengan mengeluarkan budget untuk rekreasi atau membeli makanan yang tidak setiap hari kita makan, itu bukan perbuatan dosa juga. Justru rekreasi dan semacamnya akan memberikan pengalaman yang tidak terlupakan.
Dan pengalaman itu tidak bisa dibeli dengan uang. Bersamaan itu, dengan makan-makan dan rekreasi kita juga punya quality time dengan teman atau keluarga.
Jadi berhemat itu harus secukupnya. Jangan sampai berhemat yang betul-betul berhemat sampai mengorbankan waktu dan kebahagiaan kita dan kebahagiaan dengan orang-orang yang kita cintai.
Foto: blog.hipcar.com
Tidak ada komentar: