Gojek Ganti Logo? Biar Apa?
Ada satu berita menarik dari Kompas muncul di halaman utama Chrome saya. Berita datang dari sebuah startup ride-hailing asal Indonesia yang tentunya semua orang tahu.
Yap. Gojek.
Gojek baru saja mengganti logonya. Terus, apa masalahnya? Bagi sebagian orang itu berita yang kurang penting. Toh logo tidak mempengaruhi kinerja atau kepuasaan konsumen. Tapi bagi saya, orang yang sangat tertarik dengan simbol perusahaan, penggantian logo adalah sisi yang menarik untuk dibahas.
Logo sangat merepresentasikan bagaimana sebuah perusahaan bekerja dan menyampaikan visi-misinya. Walaupun menurut kacamata orang awam, logo hanya di padang sebagai "buat keren-kerennya doang", tapi secara filosofis, logo punya arti yang mendalam.
Dulu, logo Gojek yang paling mencuri perhatian adalah simbol motor yang memotong antara kata Go dan Jek. Sekarang seperti yang kaliat lihat, logo Gojek terlihat lebih simpel.
Hanya berupa simbol titik yang dikelilingi lingkaran yang satu sudutnya terpotong. Sekilas saya berpikir, ini logo mengingatkan saya sama simbol shut down di komputer. Tapi pas saya cek lagi di Google ternyata beda juga.
Akan tetapi, logo baru Gojek ini menurut saya terlalu familiar kalau tidak menyebutnya sebagai pasaran. Dalam arti, logo seperti itu tidak membuat orang sedikit mengernyitkan dahi atau minimal menilik-nilik terpikat karena keunikannya. Dan logo Gojek kali ini ya sebegitu adanya. Dan secara subjektif, saya lebih suka logo yang dulu.
Tapi mungkin saja saya butuh penyesuaian untuk menerima sebuah simbol baru yang bagi saya kurang catchy. Ini sama seperti seme-kecewakannya saya saat awal-awal melihat logo baru Instagram.
Saya lumayan terganggu dengan logo baru Instagram yang terlalu colour full. Penuh warna-warni yang sebetulnya punya dominasi tiga warna, merah marron campur ungu dan sedikit warna kuning. Saya agak terganggu dengan logo itu dan saya mikir, kenapa ga balik ke logo lama saja?
Kok bisa orang-orang di belakang Instagram atau ahli desain disana begitu percaya diri dengan logo seburuk itu? Ternyata makin kesini saya baru sadar kalau pandangan itu cuma pure subjektif. Ditambah dengan keterangan pihak Instagram yang masuk akal bahwa logo yang lama tidak lagi menginterpretasikan instagram yang sekarang. Itu makin meyakinkan saya bahwa penggantian logo instagram adalah keputusan yang baik.
Jika kalian masih ingat, logo lama instagram cukup keren yang sekilas mirip kamera polaroid yang mengalami modifikasi. Karena fungsi Instagram dulu juga hanya sebatas berbagi foto saja. Jadi logo dulu yang bentuknya ssperti kamera cukup mewakili fungsinya.
Sedangkan sekarang, Instagram mengalami transformasi besar-besaran. Bukan cuma sebagai share foto, tapi the top social platform for engagement dimana di Instagram semua orang bisa berkarir, berbisnis, bahkan hanya sekedar narsis.
Jadi tidak salah kalau logo baru instagram dengan warna colour full-nya merepresenrasikan fungsinya sendiri yang beraneka ragam.
Begitu juga dengan kondisi Gojek sekarang. Founder-nya, Nadiem Makarim mencetuskan Gojek dengan visi mendigitalkan fungsi ojek pangkalan. Tentunya dengan tujuan agar orang-orang bisa lebih mudah menggunakan transfotasi ini. Bahkan kata 'Jek' sendiri pasti diambil dari kata ojek itu sendiri.
Namun dengan kemajuan Gojek sekarang, platform ini mengalami perubahan drastis. Dari sebatas aplikasi ojek online menjadi platform yang mencakup banyak layanan. Dari antar makanan, antar paket, antar barang besar dan seterusnya.
Kalau membaca penuturan dari blog Gojek bahwa logo baru ini lebih mewakili misi Gojek yang sekarang memang masuk akal. Dan secara estetika, memang logo baru ini lebih mudah diingat dan bisa terlihat meski dalan ukuran kecil. Sebab keluhan pihak Gojek sendiri, logo lama itu terlalu "rumit" oleh karena gambar motornya itu.
Jadi, bagaimana pendapat kalian dengan logo baru Gojek? Lebih bagus atau biasa saja? Atau justru kalian termasuk orang yang bodo amat karena lebih peduli dengan promo gratis ongkir Go-food seperti saya?
Tidak ada komentar: