3 Cara Ampuh Terhindar dari Filter Bubble di Media Sosial

Filter bubble di media sosial

Seperti janji saya di artikel sebelumnya: Betapa Mengerikannya Filter Bubble. Kali ini saya akan memberi tahu kalian, apa yang saya lakukan agar terhindar atau setidaknya meminimalkan efek algortima filter bubble di medis sosial. Langsung saja, saya rangkum cara ini ke dalam 3 bagian.

1. Membuat second account
Hal pertama yang bagi saya efektif sekali yaitu dengan membuat akun kedua. Sebisa mungkin kalian punya dua akun facebook, instagram atau twitter. Kalau mau nambah satu lagi juga boleh. Untuk apa? Untuk stalking mantan yang sudah bahagia dengan yang lain. Beuh, Cakepp!

Saya sarankan melakukan ini karena, seperti yang kalian tahu, akun media sosial kalian yang pertama sudah terlanjur terbentuk algoritma filter bubble.

Biar lebih mudah, saya kasih contoh ewat instagram. Anggaplah kalian sudah bermain instagram cukup lama dan algoritma filter bubble sudah bisa membaca apa saja postingan yang kalian suka. Jadi, apa yang sering muncul di instagram kalian lewat feed atau story, adalah algoritma yang sudah berjalan.

Nah, saatnya kalian buat instagram baru yang kedua. Di second account ini, kalian bisa follow akun-akun tertentu yang sebagian besar tidak kalian follow di instagram yang pertama.

Tujuannya agar algoritma filter bubble-nya berbeda dengan algoritma instagram yang pertama. Jadi postingan yang sering muncul pun akan berbeda.

Walaupun dua akun tersebut tidak akan bisa terhindar dari filter bubble, tapi algoritma-nya tentu berlainan. Sehingga kalian bisa melihat postingan dari dua sudut pandang yang berbeda pula.

Sederhananya begini deh.

Akun instagram pertama, kalian follow adalah akun-akun pro Jokowi. Sedangkan akun instagram kedua, dipenuhi akun-akun pro-Prabowo. Jadi kalian bisa melihat dua sisi pendukung yang bersebrangan. Harapannya objektivitas kamu bisa terjaga.

Akun pertama terjebak di filter bubble pendukung jokowi dan akun kedua terjebak di filter bubble pendukung prabowo.

Jadi, walaupun masing-masing akun terjebak dalam algoritma filter bubble, namun jebakan algoritma tersebut hanya terbentuk pada satu wadah saja.

2. Follow semua akun
Ini cara mudah yang juga saya lakukan. Agar kita tidak terlalu terkekung oleh algoritma yang membuat kita jadi terlalu fanatik dengan satu kubu. Maka yang harus dilakukan adalah dengan follow semua akun.

Maksudnya, selain bisa jadi objektif dalam melihat suatu peristiwa, kalian akan belajar untuk menerima perbedaan pendapat. Kalian tidak hanya follow akun yang satu pandangan dengan kalian saja, tapi follow juga akun yang bersebrangan dengan kalian.

Percayalah, walaupun hasilnya akan sedikit membuat sakit hati, tapi hal itu bisa melatih mental kalian untuk menghargai perbedaan pendapat. Kenapa saya katakan bisa bikin sakit hati? Karena hal itulah yang akan terjadi.

Sewajarnya, seseorang pasti punya preferensinya sendiri-sendiri. Dan jika preferensinya di tentang, atau kalian melihat postingan yang menjelek-jelekan tokoh yang kalian sukai, wajar kan kalau sakit hati.

Dengan mem-follow akun-akun yang bersebrangan, dalam hal ini akun yang mungkin membenci tokoh idola kalian, artinya kita bisa belajar untuk legowo. Belajar menahan emosi sekalipun idola kalian di diejek sedemikian rupa.

Ini juga berlaku pada akun-akun berita komersial ya. Di instagram misalnya, akun berita itu mungkin saja netralitas dan independensinya masih perlu dipertanyakan. Agar lebih aman, ya kalian follow semua akun berita di instagram juga ya.

3. Jangan main media sosial
Ini cara yang paling manjur, sederhana dan pasti worth it. Filter bubble adanya di internet dan media sosial. Kalau mau terhindar dari filter bubble seratus persen, tidak ada cara lain selain jangan main media sosial. Gampang kan? Gampang pale lu.

Kalau merasa cara ini mustahil. Coba kurang-kurangi main media sosialnya. Sebab, terlalu sering juga tidak sehat. Banyak loh publik figure yang sudah mengurangi atau bahkan berhenti main media sosial. Tujuannya bukan cuma ingin menghindari filter bubble, tapi demi menjaga kesehatan mental. 

Tahu sendiri kan, media sosial adalah sarangnya orang berkonflik, debat kusir dan seterusnya. Itu jelas-jelas menganggu pikiran dan bikin produktivitas menurun.

Foto: theglobalchurchproject.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.