Puisi Dua Pekan #1
Pijakan kaki menandai langkah baru
Meninggalkan jejak serupa piring retak
Ada yang masih tertinggal jauh disana
Sayup-sayup memanggil meminta kembali
Suaranya hampir tak didengar
Mungkin angin pun tak sudi
Menghantarkan pesan kekesalan
Menuju telinga yang tersumbat oleh earphone
Sengaja nian di sumbat seakan tak acuh
Namun diam-diam mata melirik
Memastikan masihkah ada harapan
Nyatanya sudah terlanjur tenggelam
Ada keberanian untuk maju teratur
Berusaha menjawab rasa penasaran
Dipikir ada banyak yang telah berubah
Nyatanya masih sama saja
Tidak ada yang berubah dengan hati
Meski sempat pupus dari ingatan
Tak jauh beda dengan saat-saat pertama
Masih serupa awal pertemuan
Guru Kehidupan
Kita selalu punya panutan
Yang menuntut kita pada masa depan
Memetik makna dari setiap permasalahan
membawa kita pada kebahagiaan
Masalah adalah tantangan yang perlu dilewati
Kesulitan adalah wajar
Merasa diri kacau tak pernah jadi solusi
Ketahuilah untuk melihat hidup ini lebih luas
Jangan mengutuk hati lebih keras
Jangan memarahi pikiran dengan panas
Itu sama saja mematikan jiwa
Menjerumuskan diri untuk menjadi pendosa
Lepaskan dengan tenang
Tangisan akan berakhir
Luka itu akan segera pulih
Harapan indah ada di depan mata
Simpanlah kesedihan
Masih ada bebantuan keras di hadapanmu
Namun ingat saja pada guru kehidupan
Senantiasa menemanimu selalu
Seperti Luka Diberi Jeruk Nipis
Layaknya memori yang kuputar
Bersamaan dengan masa lalu
Kala itu hari seperti dikejar waktu
Menit ke menit terasa sekejap mata
Bayangnya terus mewarnai pikiran
Suaranya terdengar nyaring
Tawanya mengisi hati
Tatapnya tidak usah tidak lagi
Aku lupa kapan terakhir momen itu berakhir
Rasanya baru kemarin
Nyatanya lewat berbulan-bulan lamanya
Kamu pergi bersama meluapnya mimpi
Ikhlas pergi tak kembali
Kesepakatan jauh dari harapan
Melenggang jauh tanpa rasa berdosa
Lalu lupa dengan jejak kandungnya
Merasa diri tahu diri
Sebab menerima dengan lapang dada
Meski tetesan jeruk nipis menambah perih
Sakit ini belum ada apa-apanya
Wanita yang 2654 Kali Patah Hati
Apa yang lebih sakit dari sakit gigi?
Pujangga bilang sakit hati
Padahal keduanya sama-sama sakit
Lebih-lebih lagi patah hati
Wanita itu sudah melalang buana
Menancapkan janji dan komitmen
Namun terperosok ke lubang yang sama
Hingar-bingar tangisan menjadi tandanya
Tanya aku padanya
Berapa kali dia merasakan ini?
Lebih dari 2654 kali katanya
Dari mana yang tahu persis angka itu?
Ia sendiri tak menjawabnya
Tak lama kepulan asap api datang
Memenuhi meja makannya
Dengan santai dia mengambil secarik tisu
Mengusap air matanya
Lalu dia peras tisu itu ke dalam ember
Sampai penuh sekali
Dia lantas menyiram dengan embernya
Ke dalam meja makan yang penuh api
Terkejut aku terheran-heran
Bukan karena makan anjing sama sayur kol
Tapi melihat sebanyak itukah air matanya?
Sampai api pun lekas padam?
Kubimbing dia dengan doa-doa
Agar tangisnya segera mereda
Namun apa mau di kata
Raut wajahnya tak menandakan bahagia
Sesal yang wanita dirasa
Kutahu tak ada bandingannya
Coba kau rasakan betapa sakit patah hati
Berkali-kali tak ada yang mengerti
Mampukah dia memikul beban sendirian?
Mengobati tanpa menambah perih
Menyayangi tanpa menambah sakit
Mencintai tanpa menambah sedih
Jalan Buntu
Mimpi indah telah aku bayangkan
Rona bahagia terpancar dalam wajah
Sesaat aku merasa inilah jalanku
Jalan yang membawaku pada takdir yang indah
Ku susuri jalanan terjal setiap hari
Tak peduli rintangan yang menyakitkan
Aku sadar ini bagian dari resiko
Setelah akhirnya kupercaya ada buah manis disana
Langkahku sempat terhenti di tengah jalan
Karena tak kuat menahan sesak di dada
Aku tak kuat dengan kenyataan
Menyerah pada keadaan
Terlintas pikiran untuk balik arah
Mundur dan kembali pulang
Namun kakiku masih kuat berjalan
Tidak ada alasan untuk tidak melanjutkan
Seribu pijakan telah ku jalankan
Tetapi aku tak menemukan ujung itu
Jalan yang selama ini aku inginkan
Rupanya aku telah tertipu
Itu hanya jalan buntu
Sebuah Foto di Instagram
Baru saja kutahu temanku merayakan hari jadinya
Sebuah foto mesra terpampang dalam feed instagram
Senyum manis terpancar dari keduanya
Bahagia campur iri dirasa
Kulihat mereka pasangan yang bahagia
Ada caption indah berisi kata-kata mutiara
Mereka tahu betul seisi dunia cemburu
Menyaksikan keromantisan mereka
Esoknya ku temui dia
Temanku yang sedang bahagia-bahagianya
Ku sentil dia dengan sindiran
Sungguh bucin kau dimabuk asmara
Namun temanku tidak bergeming
Wajahnya datar tak berekspresi
Kira-kira apa yang dia rasa?
Oh mungkin dia salah minum obat
Seketika dia menatapku dengan binar
Aku tahu dia tidak sedang bercanda
Ada yang disembunyikan
Kutahu dia ingin curhat
Sekejap mata ia lantas bercerita
Kaget aku bukan kepalang
Dia baru saja putus dengan pacarnya
Apa? Apa? Kau tidak sedang bercanda?
Herannya aku dibuatnya
Kenapa bisa yang mesra ternyata "rekayasa"
Katanya hampir tiap hari mereka bertengkar
Pertengkaran yang tidak pernah di rekam story
Foto mesra itu hanya sebatas pamer diri
Seolah jadi pasangan yang di idamkan
Oleh banyak orang atau siapapun di instagram
Nyatanya pisah pun jadi jalan keluar
Tidak ada komentar: