Sulitnya Menciptakan Kebiasaan Baru
Ada beberapa kebiasaan yang sudah mendarah daging di hidup saya yaitu rebahan. Jangan salah. Rebahan adalah kebiasaan yang tidak bisa dilalukan semua orang.
Proses dari tidak biasa hingga menjadi kebiasaan itu tidak mudah. Butuh waktu yang panjang. Butuh penyesuaian yang kompleks untuk membangun kebiasaan baru.
Ngomong-ngomong soal kebiasaan baru. Ada sebagian kebiasaan yang sudah saya tetapkan sejak lama dan berhasil. Tapi sepertinya lebih banyak kegiatan yang gagal sebelum sampai ke tahan menjadi kebiasaan.
Contoh sederhananya baca buku. Sepertinya baca buku ini semangatnya naik turun. Kadang kalau lagi suka sama buku tertentu, saya rajin sekali membaca.
Tapi kalau bukunya sudah lumayan boring, saya mungkin masih akan memaksakan membaca sampai selesai. Bedanya, saya akan gampang ke-distract dengan sesuatu yang lebih menarik.
Tapi kalau bukunya sudah lumayan boring, saya mungkin masih akan memaksakan membaca sampai selesai. Bedanya, saya akan gampang ke-distract dengan sesuatu yang lebih menarik.
Misalnya, sudah baca buku setengah jalan, lalu tiba-tiba saya teringat dengan film yang ingin saya tonton. Maka saya lamgsung tutup bukunya dan segera menonton film. Beda kalau buku yang saya baca sangat menarik. Godaan apapun tidak akan mengusik saya untuk membaca.
Secara keseluruhan, membangun kebiasaan membaca buku sampai saat ini bagi saya masih sulit. Diluar urusan finasial (karena untuk ukuran mahasiswa kere seperti saya buku itu termasuk mahal), saya pun punya masalah soal konsentrasi membaca.
Kalau lagi semangat, baca tiap paragraf buku dengan cepat, saya mengerti. Tapi kalau sedang moody, ya pikirannya kemana-mana. Kadang saya harus membaca berulang kali untuk mengerti isi buku yang saya baca.
Kalau lagi semangat, baca tiap paragraf buku dengan cepat, saya mengerti. Tapi kalau sedang moody, ya pikirannya kemana-mana. Kadang saya harus membaca berulang kali untuk mengerti isi buku yang saya baca.
Itu baru bicara soal susahnya membiasakan baca buku. Dalam hal lain misalnya, seperti membiasakan diri untuk menulis. Nah, untuk kebiasaan yang satu ini, saya bersyukur masih bisa melewatinya.
Saya mencoba menerapkan kebiasaan menulis setiap hari. Dan sudah saya lalukan kurang lebih 4 bulanan ini. Walaupun jujur, ada beberapa hari yang bolong alias ada satu-dua hari dimana saya tidak menulis.
Saya mencoba menerapkan kebiasaan menulis setiap hari. Dan sudah saya lalukan kurang lebih 4 bulanan ini. Walaupun jujur, ada beberapa hari yang bolong alias ada satu-dua hari dimana saya tidak menulis.
Saya mengerti itu salah. Tapi, saya dengan baiknya memaafkan diri saya yang telah melanggar komitmen menulis setiap hari itu. Kenapa? Sebab ada hari-hari dimana saya sangat sibuk.
Jadi saya tidak menyempatkan waktu untuk menulis. Oke-oke, sebetulnya itu bisa jadi cuma dalih saya saja.
Jadi saya tidak menyempatkan waktu untuk menulis. Oke-oke, sebetulnya itu bisa jadi cuma dalih saya saja.
Tapi, percayalah, saat tubuh dan pikiran saya sudah sangat kelelahan, melakukan kegiatan seperti nulis yang harus pakai mikir berat itu sulit.
Jangankan nulis, kalau lagi pusing dan lelah, saya males nonton acara tv yang berbau politik. Males nonton obrolan debat sampai nonton berita pun males.
Yang saya pikirkan ketika sedang tidak mood, paling saya hanya berdiam diri sambil mendengarkan lagu. Itu saja.
Lantas, apa hal yang membuat saya benar-benar lelah sampai komitmen untuk membangun kebiasaan baru itu bisa jadi kacau?
Jawabannya karena aktivitas yang tinggi. Seperti seminggu terakhir ini, saya sedang mengikuti program magang di kecamatan. Saya magang mengikuti jam kantor dari pukul 8 pagi sampai 4 sore.
Jangankan nulis, kalau lagi pusing dan lelah, saya males nonton acara tv yang berbau politik. Males nonton obrolan debat sampai nonton berita pun males.
Yang saya pikirkan ketika sedang tidak mood, paling saya hanya berdiam diri sambil mendengarkan lagu. Itu saja.
Lantas, apa hal yang membuat saya benar-benar lelah sampai komitmen untuk membangun kebiasaan baru itu bisa jadi kacau?
Jawabannya karena aktivitas yang tinggi. Seperti seminggu terakhir ini, saya sedang mengikuti program magang di kecamatan. Saya magang mengikuti jam kantor dari pukul 8 pagi sampai 4 sore.
Ini pertama kalinya dalam hidup saya bekerja selama 8 jam. Kalau kuliah seperti biasa kan paling 2-4 jam terus pulang (dan bisa kembali rebahan). Sedangkan waktu magang yang begitu panjang itu membuat komitmen untuk membiasakan diri dengan kebiasaan baru jadi terputus.
Saya sendiri merasakan langsung betapa sulitnya membangun kebiasaan baru. Bagaimana dengan kamu?
Saya sendiri merasakan langsung betapa sulitnya membangun kebiasaan baru. Bagaimana dengan kamu?
Foto: Lnc.com
Tidak ada komentar: