Tidak Punya Cita-Cita dan Hobi
Waktu jaman sekolah, saya bingung kalau ditanya cita cita saya apa. Jangankan cita cita, hobi saja saya tidak tahu. Yang saya tahu, saya cuma suka tiduran di sofa sambil nonton drama kolosal Indosiar yang banyak naga terbangnya.
Saya ingat, pas SMP, satu persatu murid ditanya oleh guru tentang cita cita dan hobi. Ketika giliran saya yang ditanya, saya haya menjawab, "Aku mau jadi wartawan dan hobi saya berselancar di dunia maya." sontak semua tertawa.
Mereka tertawa karena belum familiar dengan kalimat 'berselancar di dunia maya'. Mereka pikir saya suka main selanncar alias surving di pantai ala bule-bule berbikini.
Sedangkan alasan saya menjawab wartawan karena itu pekerjaan ayah saya ketika masih muda dulu. Referensi saya soal pekerjaan minim. Jadi saya hanya menyebutkan pekerjaan yang pernah ayah saya lakoni.
Saat masih kecilpun saya rasa, saya tidak pernah berkata ingin jadi dokter atau pilot seperti cita-cita anak kecil pada umumnya.
Sejak kecil saya tidak punya mimpi. Saya hanya orang yang menjalani kehidupan mengalir seperti air. Sampai suatu ketika, saya sangat tekun membaca cerita, baik dalam bentuk cerpen atau novel. Saya baru sadar, "Oh ini toh yang namanya hobi!"
Saya sampai rela berlangganan buku Bobo dan hampir setiap minggu saya minta ke ayah saya membelikan koran mingguan Pikiran Rakyat karena disana ada cerpen yang menarik untuk dibaca.
Kala itu saya pun tidak mengerti kenapa saya begitu menyukai membaca cerita. Yang jelas, ada kesenangan yang saya dapat. Ayah saya pernah membeli banyak buku cerita serial Abu Nawas dan hampir semuanya saya baca sampai tamat.
Sampai SMA, saya mulai mengidolai beberapa penulis novel dari berbagai macam genre seperti Andrea Hirata, Tere Liye, Raditya Dika, Ahmad Fuadi, Dewi Lestari, dan seterusnya.
Tapi hobi ini sering terkendala budget. Jadi saya mengakalinya dengan menyisihkan uang jajan. Kalau kepepet sekali, saya mengubek-ngubek Google, mencari novel dalam bentuk ebook gratisan.
Kemudian kebiasaan ini yang menghantarkan saya pada dunia menulis. Saya punya keinginan untuk mengikuti jejak penulis-penulis favorit saya.
Sebagai amatiran, akhirnya saya mencoba belajar nulis cerita pendek bahkan menulis novel yang tidak pernah selesai hingga sekarang. Masalah klasiknya, saya punya banyak ide cerita, tapi tidak bisa menuangkannya dalam tulisan.
Saya sempat berhenti menulis beberapa tahun sampai kemudian saya kuliah, saya mulai menulis lagi. Tapi kali ini bukan menulis cerita fiksi, tapi menulis opini. Awalnya saya diajak oleh teman-teman di UKM untuk menulis di website mereka.
Hasilnya lumayan. Tidak sedikit yang memuji tulisan saya. Dari situ saya semakin rajin lagi. Saya pun makin serius menulis di blog yang sudah saya bangun sejak SMA.
Dari blog, saya melakukan banyak eksperimen. Saya mencoba satu persatu segala macam genre tulisan.
Saya belajar menulis berita, artikel pop, review film, tutorial, antologi puisi dan naskah drama. Saya juga kembali menulis cerita fiksi. Bahkan sekali waktu saya pernah belajar dasar-dasar menulis skenario film.
Intinya segala macam bentuk tulisan saya buat. Walaupun yang benar-benar saya seriusi hanya beberapa genre saja. Tapi pada dasarnya saya mau belajar, mau mengulik hal-hal yang berhubungan dengan dunia menulis.
Saya terus men-challenge diri saya untuk mencoba hal-hal baru dalam menulis. Dan saya rasa, setelah bertahun-tahun kegelisahan saya tentang cita-cita dan hobi telah menemukan titik terangnya.
Saya merasa menulis adalah hobi yang telah menjadi cita-cita saya. Saya punya mimpi besar dalam menulis. Saya ingin menciptakan banyak karya yang bisa dibaca banyak orang.
Foto: Unsplash
Tidak ada komentar: