Dalam Berteman Kita egois?
Teman masa kecil saya pernah marah karena sering saya jadikan objek bercandaan. Dia marah pada saya di depan teman-teman sekelas. Sontak saja, suasana kelas yang awalnya ramai tiba-tiba berubah jadi hening.
Saya lupa akhirnya jadi seperti apa. Yang pasti saat itu hubungan pertemanan kami jadi retak. Tapi, suatu hari kami kembali baikan dan saya tidak pernah lagi "mengejek" dia dengan lelucon fisik atau hal lain yang menurut saya lucu.
Satu hal yang saya pelajari dari kejadian itu, apa yang saya lakukan pada dia sebenarnya salah. Meskipun intensinya hanya bercanda, tapi siapa yang tahu kalau dia akan merespon bercandaan itu jadi serius? Namun saya paham kenapa dia bisa tersinggung dan itu sah-sah saja.
Setiap orang berhak tersinggung dan tersinggung itu sendiri merupakan reaksi yang wajar. Semua orang pasti pernah merasakannya.
Dalam circle pertemanan, yang namanya melempar bercandaan memang sudah jadi makanan sehari-hari. Bahkan kita tidak bisa memungkiri kalau bercanda merupakan medium keakraban antara kita dengan orang lain.
Tapi kita pun tidak bisa mengontrol ketersinggungan orang atas kata-kata kita. Jangankan bercanda, kalimat yang sebetulnya tidak berkonotasi negatif saja bisa dianggap menyinggung. Tapi cirlcle pertemanan, ada sebagian orang yang bercanda berlebihan. Berlebihan disini tidak melihat siapa yang dia ajak bercanda.
Yang perlu kita sadari sebetulnya bukan masalah intensi, tapi introfeksi diri. Sebab meskipun intensi atau niat kita hanya bercanda, belum tentu orang berpikir hal yang sama.
Kesalahan itu bisa jadi bermuara pada sikap egois kita yang mementingkan kepuasan diri sendiri. Kira-kira, motivasi apa yang membuat seseorang sangat suka menjadikan fisik atau hal lainnya sebagai bahan bercandaan ?
Alasan sederhananya karena bercanda seperti itu sangat menyenangkan. Menyenangkan diri sendiri dan menyenangkan orang lain yang mendengarkan. Tapi apakah kita mau berpikir ada orang yang sama sekali tidak merasa senang? Yap, dia adalah objek yang dijadikan bahan bercandaan.
Memang, lain ceritanya jika orang itu fine-fine saja dengan 'ejekan' orang lain. Tapi tidak sedikit orang yang merasa terganggu jika dirinya dijadikan sebagai bahan bercandaan. Apalagi menyangkut fisik. Jadi sebelum mengeluarkan guyonan kepada orang lain, liat situasi dulu dan lihat siapa yang objeknya.
Kita memang mesti menurunkan ego kita soal bercanda. Sesuatu yang sebetulnya hanya guyon, tapi bisa memberi efek psikologis yang berat bagi orang lain. Selama ini kita bercanda hanya mau enak sendiri, memuaskan diri sendiri.
Bisa demi membuat orang lain tertawa atau ingin merasa diakui bahwa kita orang yang seru karena berhasil menjadi teman sendiri sebagai target tertawaan. Dalam hal bercanda saja ternyata kita bisa egois kan? Bagaimana dengan hal lain?
Terkadang egois itu sangat menyebalkan. Apalagi jika kita diposisi menjadi korban keegoisan seseorang. Anehnya, sikap egois ini seperti maling teriak maling.
Kita cenderung tidak suka dengan sikap egois orang lain, tapi kita sendiri, disadari atau tidak, juga melakukan prilaku egois yang sama, walaupun ukurannya berbeda-beda.
Tidak ada komentar: