Sajak | Harapan
Seperti wejangan sang kakek tua
Yang mengaku sudah dekat dengan ajalnya
Duduk di sebuah dipan yang tak bernyawa
Lalu menceramahiku dengan lantangnya
Karena tak tahu apa-apa soal wanita
Kakek tua tetap waras dalam logika
Pikirannya penuh kata-kata mutiara
Dengan suara lantangnya ia berbicara
Jangan pernah keluar kata putus asa
Sekalipun hanya hati yang berbicara
Harapan akan selalu ada
Meski waktu sudah tak mengizinkannya
Mimpi masih dalam genggaman
Hati tak pernah putus harapan
Meski pikiran buruk terus menghancurkan
Dan pikiran sudah menuntut untuk melupakan
Perjuangan harus terus dilakukan
Sang kakek tua
Katanya-katanya ternyata ada benarnya juga
Fisiknya memang sudah menua
Giginya memang sudah tidak ada
Mulutmu memang bau tai domba
Tapi logikanya masih waras di atas rata-rata
Tidak ada komentar: