#15 Dibalik Nulis: Menyederhanakan Teknis Menulis
Setiap kali saya mencoba membuat sesuatu, pasti ada yang berhasil, tapi lebih banyak yang gagal. Dari yang berhasil, saya mengambil banyak pelajaran. Salah satunya pelajaran tentang bagaimana kita bisa konsisten menciptakan sesuatu (dalam hal ini sebut saja sebagai sebuah karya).
Namun untuk konsisten rintangannya banyak. Yang paling saya rasakan adalah malas. Pastinya malas harus dilawan. Tapi kalau malasnya sudah kebangetan, saya memilih untuk mencari solusi alternatif agar bisa sedikit disiasati.
Caranya dengan menyederhanakan sebisa mungkin teknis-teknisnya. Ini yang kemudian saya terapkan dalam menulis. Belakangan saya baru tahu kalau ternyata cara ini juga dilakukan oleh Pandji Pragiwaksono ketika membuat konten youtube.
Pandji mengatakan sebisa mungkin segala teknisnya dibuat sederhana. Itulah kenapa Pandji selama ini kalau membuat video untuk channel youtube-nya selalu menggunakan smartphone.
Menurutnya, Kalau pakai kamera besar jatuhnya repot, belum harus ada lighting, tripod, mic dan seterusnya. Semua persiapan itu akan memakan waktu dan membuat kita makin malas mengerjakannya.
Kecuali kalau memang punya tim yang selalu siap. Masalahnya tidak semua orang punya tim sendiri. Kadang, sama seperti saya, yang mengerjakan segala sesuatunya sendiri.
Kecuali kalau memang punya tim yang selalu siap. Masalahnya tidak semua orang punya tim sendiri. Kadang, sama seperti saya, yang mengerjakan segala sesuatunya sendiri.
Saya pun merasakan apa yang dirasakan Pandji. Bedanya, saya rasakan hal itu dari kegiatan menulis. Saya berusaha menyederhanakan cara saya menulis.
Semisal, dulu saya menulis jika sedang benar-benar mood, harus depan laptop, suasana harus mendukung dan seterusnya. Jika seandainya syarat-syarat itu tidak terpenuhi, biasanya saya akan terus-terusan menunda menulis.
Kalau sekarang, saya mencoba menyederhanakan itu. Saya tidak akan menunda menulis hanya karena laptopnya ketinggalan karena pakai smartphone pun bisa. Tidak perlu menunggu mood saya baik karena dalam keadaan buruk sekalipun saya bisa tetap menulis.
Sekarang saya paksa diri saya menulis dalam keadaan apapun. Bisa pas tengah malam ketika segala tugas negara sudah selesai, bisa sampai rebahan kalau memang mager atau males bangun dari kasur untuk membawa laptop.
Jauh lebih sederhana dari itu, saya pun mulai mengurangi keperfeksionisan saya dalam merangkai kata. Seringkali setelah tulisan selesai dibuat, saya baca ulang berkali-kali dan berpikir, "kira-kira ini kalimatnya enak di baca enggak ya," kalau belum puas, saya akan ganti kalimatnya berkali-kali bahkan sampai merombak susunan paragrafnya.
Dan hal itu membutuhkan cukup banyak waktu. Sebelumnya saya pernah menulis tentang kesulitan editing tulisan karena memakan waktu yang lama. Maksud saya, proses menuangkan ide dalan tulisan itu tidak lama, yang lama itu menyusun semua ide itu sehingga bisa tersusun dengan baik sesuai ekspetasi kita.
Masalahnya, kalau terlalu perfeksionis, orang akan cenderung mendekatkan dengan ekpetasi atau bayangan yang ada di kepalanya. Kalau teryata beda, biasanya orang akan mengulang-ngulang lagi agar karyanya bisa sangat mendekati bayangannnya.
Dan itu sangat-sangat menyita waktu. Bagi saya itu jadi salah satu penyebab kenapa dalam membuat satu tulisan saja prosesnya sangat lama. Padahal kalau mau disederhanakan, proses menulis bisa memakan waktu sebentar saja.
Nah, dalan menulis, saya tidak lagi terlalu perfeksionis. Yang jauh lebih saya tekankan dalam tulisan saya adalah esensinya bukan teknis yang ngejelimit. Kalau proses menulisnya sudah bisa disederhanakan, yang saya rasakan adalah saya bisa menulis lebih banyak artikel dan pastinya bisa jauh lebih produktif.
Intinya, saya mencoba menyingkirkan semua hambatan yang membuat diri saya menunda menulis. Kalau hambatannya di gadget semisal tidak ada laptop, maka pakai smartphone pun bisa.
Kalau hambatannya di kuota internet, maka cobalah theatering ke tetangga. Kalau hambatannya di mood, maka (kalau saya) akan menulis hal-hal yang menyebabkan mood saya hancur.
Nah, kalau hambatan ide? Semisal tidak punya ide? Maka ya dicari idenya. Susah kan? Kalau hambatannya sudah teratasi, tapi masih belum juga menulis, ya itu sih salah sendiri.
Tidak ada komentar: