Orang-Orang yang Patah Hati
Dari sekian tipe orang menyebalkan, salah satu yang paling menyebalkan adalah orang yang patah hati. Bagaimana tidak, tahun lalu merupakan tahun yang berat bagi teman saya.
Entah kenapa waktu itu matanya lebih sering berkaca-kaca ketika melihat pantai di ujung senja daripada melihat segepok uang.
Mungkin, dia menemukan dejavu diantara debur ombak dan pasir pantai yang dipenuhi sampah. Mungkin, pantai ini mengingatkannya pada masa-masa bucin.
Seketika, tatapannya berubah jadi sendu ketika ombak itu mengenai jemari kakinya yang burik. Matanya berair dan memerah. Saya pikir dia kelilipan batu karang, ternyata dia sedang melewati fase bernama patah hati.
Orang-orang patah hati ini memang menyebalkan. Sudah diajak liburan, malah galau. Ditanya kenapa, jawabannya tidak apa-apa. Saya tahu, meski tubuhnya sedang berlibur, tapi pikiran dan hatinya masih terjebak di tempat lain.
Sempat terpikir untuk meledek dia. Tapi saya urungkan karena takut karma itu datang lagi.
Jadi, jauh sebelum teman saya patah hati, saya sudah pernah merasakan broken heart akut. Saya baru sadar, patah hati yang benar-benar patah hati itu rasanya aneh.
Aneh seaneh-anehnya seperti orang minum kopi di campur es jeruk. Disebut pahit tidak, di sebut asam tidak juga (tapi orang gila macam apa yang berani mencampur kopi dengan es jeruk?)
Jadi saat ini, ketika ada teman saya yang patah hati, saya lebih berempati. Tapi masalah patah hati bukan masalah yang patut dibesar-besarkan.
Karena patah hati hanyalah satu fase berat yang pasti dilewati semua orang. Dan kenyataannya, patah hati bukan hanya soal cinta-cintaan.
Ditinggalkan orang tua, diabaikan oleh lingkungan, diberhentikan dari pekerjaan, atau tulisan yang di tolak redaksi (seperti yang sering saya alami) itu juga termasuk the real broken heart.
Setiap orang pasti akan berada di fase patah hati, kemudian Tuhan akan memberi pilihan: mau bangkit dengan cara yang baik atau mau merusak diri sendiri.
Ada banyak orang yang ketika patah hati lari ke hal-hal buruk. Yang tidak pernah begadang, jadi sering begadang. Yang tidak merokok, jadi merokok. Yang tidak pernah minum alkohol, jadi minum alkohol.
Lalu ada juga yang mengurung diri di kamar. Meninggalkan semua pekerjaan. Setumpuk tugas terbengkalai. Mood jadi hancur bahkan hubungan pertemanan dan keluarga jadi kurang baik.
Namun, ada pula orang yang memilih patah hati dengan cara yang positif. Contoh terbaiknya adalah Sivia Azizah.
Ketika di wawancara dengan channel Menjadi Manusia, Sivia bercerita bagaimana dari patah hati, ia bisa belajar mengenal dirinya sendiri jauh lebih dalam lagi.
Sebab selama ini, dia hanya memikirkan perasaan orang lain, jarang sekali memikirkan perasaan dirinya sendiri.
Sivia tahu bahwa tidak ada satu orang pun yang bisa mengubah rasa terpuruknya selain dia sendiri.
Dia memilih melakukan self healing yang menurutnya jauh lebih dibutuhkan untuk bangkit dari ketidaknyamanannya dengan patah hati. Dari self healing itulah muncul karya-karya yang luar biasa seperti lagu-lagu yang dia ciptakan sendiri.
Selain Sivia, contoh sukses lain dari seseorang yang berhasil bangkit dari patah hatinya adalah sang Father of kopi dan senja. Siapa lagi kalau bukan Fiersa Besari.
Dia mencetak kesuksesannya sebagai musisi dan penulis ketika proses panjangnya bangkit dari patah hati.
Seperti novel fenomenalnya 'Sebuah Perjalanan Menghapus Luka" yang sukses menjadikan jutaan manusia antah berantah menjadi sadboi.
Jadi, saat ini sepertinya semua orang butuh berguru pada Sivia Azizah dan Fiersa Besari untuk mengubah patah hati menjadi sesuatu yang bernilai.
Patah hati memang perasaan yang tidak menyenangkan. Tidak nyaman. Selalu merasa ada kebahagiaan yang hilang di tengah manusia-manusia yang menyebalkan.
Ketika patah hati itu datang, sebetulnya kita punya hak untuk memutuskan apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Itu tergantung bagaimana kita menyikapi perasaan itu dengan bijak.
Tidak ada komentar: