Sajak Dua Pekan #7
Seperti halnya pergi
Pindah adalah jalan yang paling manusiawi
Kita tidak akan terkekang lagi
Akibat rasa yang merusak diri
Kini tak perlu lagi bertahan
Tak perlu dipaksakan
Kalau tahu ujungnya akan menyakitkan
Kita tak akan selama ini menyiksa perasaan
Sudah waktunya pindah
Meninggalkan rasa yang terlanjur lelah
Hidup makin tak punya arah
Kalau sampai kembali dibuat patah
Pindah adalah cara yang paling tepat
Sebab tak ada kesempatan untuk menjadi erat
Berusaha menjauh agar tak lagi dekat
Lalu melupakan kenangan yang sudah karat
Cerita
Setiap orang punya ceritanya sendiri
Kenangan masa lalu yang tersimpan rapih dalam hati
Namun ada pula yang menguburnya dalam memori
Dan tak seorang pun mengetahui
Cerita yang tak layak diceritakan
Di sembunyikan dalam ingatan
Mereka tak perlu tahu kesedihan yang kamu rasakan
Karena mereka cuma "teman" bukan kawan
Sebagian dari mereka hanya meninggalkan penderitaan
Cerita bukan sekedar perjalanan tak bermakna
Lantas kamu berlari sekencang-kencangnya
Karena tak bisa menerima keyataan di depan mata
Namun percuma saja jika kamu pergi sejauh-jauhnya
Kalau ujungnya harus kembali juga
Jangan frustasi
Tidak ada yang suruh kamu memikul bebannya sendiri
Ada kita disini
Mari bercerita apapun yang selama ini kamu tangisi
Kita memang tak memberi janji
Tapi kita mengerti
Bahwa kamu tak sendiri
Kita sama-sama punya hati
Yang bisa saling memahami
Desember Terakhir
Semenjak rasa menusuk ke ulu hati
Sakit itu kambuh lagi
Seandainya ia datang menghampiri
Mungkin tak akan separah ini
Tak sebahagia dahulu
Momen indah itu cuma masa lalu
Setiap hari kita hanya menunggu
Walaupun pisah tak bisa jadi temu
Harapan sudah menemukan jalan buntu
Sebab waktu takkan pernah memberi restu
Dalam himpitan kita berusaha bertahan
Menghiraukan segala macam godaan
Sempat terpikir untuk mencari jalan
Tapi rasa sudah masuk terlalu dalam
Ini desember terakhir kita
Memang berat rasanya
Tapi kita bisa apa?
Meski berjuang sekuat tenaga
Jika Tuhan tak memberikan takdirNya
Segala usaha dan upaya akan jatuh sia-sia
Hayati
Rasa itu sudah terus memanggil
Dia berkata ini tidak akan berhasil
Kesempatanku semakin kecil
Bahkan lebih kecil dari Upil
Aku belum bisa menerima takdir
Belum siap melihat semuanya akan segera berakhir
Padahal nyawaku hampir mati tersambar petir
Karena hidupnya penuh dengan satir
Aku semakin takut menginjakan kaki
Takut salah langkah lagi
Takut mimpi buruk itu datang kembali
Takut mentalku jatuh untuk kesekian kali
Tapi siapa yang juga yang peduli?
Aku bukan pecundang kelas teri
Masih ada harapan di kemudian hari
Karena berjuang adalah harga mati
Meski akhirnya akan melukai hati
Tidak ada komentar: