Sajak Dua Pekan #8
Menerima
Kita tak perlu bermain petak umpet untuk bisa bersembunyi
Kita tak perlu main kejar-kejaran untuk bisa menjauh pergi
Sekarang kita bukan anak kecil lagi
Kita sama sama dewasa dan sadar diri
Bahwa tidak semua kemauan bisa terjadi sesuai ekspetasi
Sesekali kita harus mengerti
Tidak selamanya keadaan hidup ini bisa kita pahami
Ada saatnya kita introfeksi diri
Agar kita bisa tahu diri
Agar tahu mana yang bisa kita miliki
Dan mana yang harus diikhlaskan dengan kebesaran hati
Mungkin Tuhan lebih tahu apa yang kita mau
Mungkin selama ini kita hanya mengikuti hawa nafsu
Dan terus saja memaksakan waktu
Padahal takdir mengatakan langkah kita keliru
Sebanyak apapun yang kita berjuangkan
Akan berakhir dalam kekecewaan
Jadi, jangan pernah dipaksakan
Jangan biarkan diri ini kelelahan
Sejenak saja tubuh dan pikiran kita perlu di istirahatkan
Kita yang Baru
Seperti orang yang terlahir kembali
Mungkinkah kita mengubah takdir ini?
Alih-alih hidup yang terus saja diratapi
Sering terdiam dalam kenangan yang tak bertepi
Jika memang tak mungkin begitu
Bisakah kita menjadi orang yang baru?
Berbeda dari kita yang dulu
Yang hidupnya terkekang oleh masa lalu
Dan sering tenggelam dalam khayalan semu
Bukan lagi pecundang yang bisanya hanya menunggu
Demi suatu harapan yang tidak tentu
Kita akan menjadi baru
Kita yakin mampu
Tak lagi terbelenggu
Sampai harapan bukan lagi sekedar halu
Ekspetasi
Kita pernah merasa menjadi orang paling beruntung sedunia
Kita cukup bahagia dengan apa yang kita punya
Kita tak punya masalah dengan siapa-siapa
Kita sudah ikhlas dengan kenyataan yang ada
Di lain hari
seperti halnya hari ini
Perasaan itu hancur lembur disini
Di hati yang sudah patah berkali-kali
Yang kita mau malah tidak diberi
Yang kita inginkan malah tak bisa dimiliki
Akhirnya kita jatuh lagi
Terpuruk dalam lorong yang sunyi
Tak satupun orang mau peduli
Tentang nasib kita sendiri
Waktunya Berhenti
Dulu semangat terasa menggebu-gebu
Sampai kadang lupa waktu
Berjam-jam pun di tunggu
Panas hujan pun tetap hayu
Sampai bisa benar-benar bertemu
Tapi itu kan dulu
Sebelum akhirnya kita menemukan jalan buntu
Tak tahu lagi caranya bisa menyatu
Tak mengerti kenapa rasa bisa musnah menjadi abu
Apa mungkin kitanya yang tidak tahu diri?
Merasa paling beruntung sampai lupa berhati-hati
Kecewa itu tak akan diam sampai disini
Rasa kesal itu akan terus mendampingi
Tapi untuk apa juga ditangisi
Kenyataannya kita yang punya kendali
Tak ada yang boleh menyakiti kita sambil berkali-kali
Kita punya hak untuk tahu kapan waktunya berhenti
Yang sedang Belajar Melupakan
Tidak semua orang bisa kamu tuduh
Hanya karena rasa sakitmu terus saja kambuh
Kamu kira dengan begitu lukamu akan sembuh
Karena selama ini kamu sudah menjauh
Padahal sedih itu belum pergi berlabuh
Hatimu kan masih sangat rapuh
Sekali di tampar kenyataan mentalmu langsung runtuh
Memangnya seberapa sakit luka itu?
Sampai-sampai hati yang mekar berubah jadi layu
Apa pengalaman buruk belum cukup mengingatkan kamu?
Kamu tidak melakukan apa-apa selain diam terpaku
Lalu menangis mengenang masa lalu
Kamu yang sekarang berbeda dengan yang dulu
Pikiranmu sudah teralihkan dengan yang baru
Jadi cobalah sedikit keras kepala layaknya sebuah batu
Agar kamu tak menyesal jika harus kembali menunggu
Kita pernah merasa menjadi orang paling beruntung sedunia
Kita cukup bahagia dengan apa yang kita punya
Kita tak punya masalah dengan siapa-siapa
Kita sudah ikhlas dengan kenyataan yang ada
Di lain hari
seperti halnya hari ini
Perasaan itu hancur lembur disini
Di hati yang sudah patah berkali-kali
Yang kita mau malah tidak diberi
Yang kita inginkan malah tak bisa dimiliki
Akhirnya kita jatuh lagi
Terpuruk dalam lorong yang sunyi
Tak satupun orang mau peduli
Tentang nasib kita sendiri
Waktunya Berhenti
Dulu semangat terasa menggebu-gebu
Sampai kadang lupa waktu
Berjam-jam pun di tunggu
Panas hujan pun tetap hayu
Sampai bisa benar-benar bertemu
Tapi itu kan dulu
Sebelum akhirnya kita menemukan jalan buntu
Tak tahu lagi caranya bisa menyatu
Tak mengerti kenapa rasa bisa musnah menjadi abu
Apa mungkin kitanya yang tidak tahu diri?
Merasa paling beruntung sampai lupa berhati-hati
Kecewa itu tak akan diam sampai disini
Rasa kesal itu akan terus mendampingi
Tapi untuk apa juga ditangisi
Kenyataannya kita yang punya kendali
Tak ada yang boleh menyakiti kita sambil berkali-kali
Kita punya hak untuk tahu kapan waktunya berhenti
Yang sedang Belajar Melupakan
Tidak semua orang bisa kamu tuduh
Hanya karena rasa sakitmu terus saja kambuh
Kamu kira dengan begitu lukamu akan sembuh
Karena selama ini kamu sudah menjauh
Padahal sedih itu belum pergi berlabuh
Hatimu kan masih sangat rapuh
Sekali di tampar kenyataan mentalmu langsung runtuh
Memangnya seberapa sakit luka itu?
Sampai-sampai hati yang mekar berubah jadi layu
Apa pengalaman buruk belum cukup mengingatkan kamu?
Kamu tidak melakukan apa-apa selain diam terpaku
Lalu menangis mengenang masa lalu
Kamu yang sekarang berbeda dengan yang dulu
Pikiranmu sudah teralihkan dengan yang baru
Jadi cobalah sedikit keras kepala layaknya sebuah batu
Agar kamu tak menyesal jika harus kembali menunggu
Tidak ada komentar: