#16 Dibalik Nulis: Motivasi dan Apresiasi
Saya sadar, sampai saat ini jumlah pembaca tulisan-tulisan saya tidak terlalu banyak. Ada dua kemungkinan.
Pertama, secara kualitas, tulisan saya memang belum cukup baik. Kedua, tulisan saya belum terjangkau oleh pembaca yang punya frekuensi yang sama dengan saya.
Pertama, secara kualitas, tulisan saya memang belum cukup baik. Kedua, tulisan saya belum terjangkau oleh pembaca yang punya frekuensi yang sama dengan saya.
Dengan kata lain, saya belum bertemu calon pembaca yang menyukai tulisan saya. Selama ini saya meyakini bahwa dalam sebuah karya itu sifatnya subjektif.
Tidak ada karya yang jelek. Semuanya kembali ke masalah selera. Dan mungkin sampai saat ini saya belum menemukan banyak orang yang punya satu selera dengan karya saya.
Tidak ada karya yang jelek. Semuanya kembali ke masalah selera. Dan mungkin sampai saat ini saya belum menemukan banyak orang yang punya satu selera dengan karya saya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa ketika tulisan yang saya buat belum memenuhi target pembaca yang saya inginkan, perasaan saya tentu tidak puas juga. Itupun bagi saya mempengaruhi produktifitas saya dalam menulis.
Menulis itu butuh motivasi dan setelah menyelesaikannya, saya butuh apreasiasi. Secara tidak langsung saya selalu menunggu respon atau feedback dari orang-orang yang telah membaca tulisan saya. Entah dalam bentuk kritik, saran atau sebatas menekan tombol suka.
Dari dua kemungkinan tersebut, saya yang sedang saya gali. Saya melakukan jemput bola dengan menyebar luaskan tulisan saya di banyak platform. Ini bagian dari soft promotion saya untuk menjangkau pembaca yang lebih luas.
Jika saya hanya menulis di blog pribadi saja, maka lingkup pembacanya ya itu-itu saja. Kalau saya mencoba menulis di website lain, saya berpotensi mendapat pembaca baru yang sebelumnya tidak mengenal tulisan-tulisan saya.
Kemudian saya mencoba memindahlan beberapa tulisan saya ke instagram. Media sosial yang bagi saya punya potensi lain untuk meraup pembaca dengan segmentasi berbeda pula.
Kalau saya nulis di Kompasiana, maka segmen pembacanya rata-rata sesama blogger juga. Tapi kalau saya nulis di instagram, saya harap bisa mejangkau pembaca yang karakteristiknya tidak begitu suka membaca blog.
Kalau saya nulis di Kompasiana, maka segmen pembacanya rata-rata sesama blogger juga. Tapi kalau saya nulis di instagram, saya harap bisa mejangkau pembaca yang karakteristiknya tidak begitu suka membaca blog.
Nah, itu yang kemudian saya jadikan pegangan. Saya berusaha menjaga dan mempertahankan dua hal itu agar terus menempel dalam diri saya. Saya mencoba mencari cari alasan agar saya tetap menulis karena dari situlah saya mendapatkan motivasi.
Saya pun berusaha agar apresiasi terhadap tulisan saya selalu ada. Dalam arti bukan berarti saya gila pujian. Tetapi, saya yakin apresiasi itu akan datang ketika saya terus meningkatkan kualitas tulisan saya.
Ketika tulisan tersebut bisa memberi impact kepada orang orang yang menyukainya, otomatis apresiasi itu ada. Ketika apresiasi itu ada, dorongan untuk menciptakan tulisan tulisan baru akan terus muncul dalam diri saya.
Hal terakhir yang harus saya lakukan adalah nepertahankan agar pola itu tetap ada dalam diri saya. Saya terus menjaga motivasi menulis dan menjaga agar apresiasi itu muncul agar keinginan untuk terus menulis semakin menggebu-gebu.
Tidak ada komentar: