Akhir dari Menyibukan Diri
Memang tidak mudah melupakan sesuatu yang harusnya dilupakan. Terkadang hal itu menempel erat dalam pikiran. Sulit dihilangkan dan membekas dalam ingatan.
Ketika saya kesulitan melupakan satu masalah, saya memilih melakukan distraksi atau pengalihan.
Saya mengalihkan pikiran saya dengan menyibukan diri. Dalam beberapa momen, cara itu berhasil membuat saya lebih rileks. Membuat saya tidak mengingat masalah yang sedang saya pikirkan.
Akan tetapi, ketika kesibukan itu selesai saya kerjakan, pikiran tentang masalah itu mulai teringat-ingat lagi.
Kenyataannya, menyibukan diri tidak akan menghapus pikiran saya tentang masalah. Menyibukan diri hanya akan mendistraksi atau mengalihkan pikiran sementara waktu.
Setelah kesibukan kita selesai, maka pikiran negatif itu akan kembali datang.
Kadang-kadang, menyibukan diri bisa menambah masalah yang seharusnya tidak ada. Misalnya dengan ikut komunitas, organisasi atau ikut event tertentu.
Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, bukan menghilangkan masalah, melainkan akan menambah masalah baru.
Beban tugas selama berada dalam komunitas (atau apapun namanya) malah akan memberi masalah lain yang lebih berat.
Bagi beberapa orang memang ada yang berhasil terdistraksi. Tapi bagi mereka yang sama seperti saya, menyibukan diri dengan cara seperti itu tidak worth it.
Hal ini pernah saya alami beberapa kali. Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti alias keluar dari kesibukan itu.
Saya merasa, sejak awal kegiatan komunitas atau organisasi yang saya ikui tidak di orientasikan untuk mencari pengalaman, tapi hanya untuk mendistraksi pikiran saja.
Alhasil, kegiatan yang saya kerjakan malah tidak maksimal karena sejak awal saya tidak terlalu niat masuk "perkumpulan" tersebut.
Hal yang sama terjadi pada teman saya. Tiba-tiba dia mengaku sedang sibuk dengan kegiatan organisasi.
Awalnya saya heran, kenapa seorang makhluk rebahan seperti dia berubah menjadi sosok manusia paling sibuk di dunia.
Selidik demi selidik, akhirnya terbongkar kalau dia sebetulnya hanya sedang melakukan distraksi.
Dia hanya berusaha menyibukan diri agar masalah-masalahnya bersama sang mantan bisa musnah.
Sederhananya, dia menyibukan diri agar bisa move on dari ex-girlfriend-nya. Padahal, masalah dia soal mantan tidak bisa dilupakan begitu saja.
Masalah itu hanya bersembunyi dan sewaktu-waktu akan muncul lagi ketika kesibukan itu selesai. Jadi, menyibukan diri tidak akan melupakan masalah, apalagi menyelesaikannya.
Hal pertama yang seharusnya dilakukan adalah berproses untuk menerima diri dari kenyatan.
Caranya memang tidak mudah. Ya namanya juga proses. Tidak ada yang instan. Tapi saya sendiri selalu memastikan kalau proses menerima diri itu masih berjalan.
Menerima diri artinya ikhlas dengan apa yang sudah terjadi. Masalah yang menusuk pikiran mau tidak mau harus "dinikmati".
Segera menyelesaikan masalah sudah tentu harus dilakukan. Tapi kalau masalahnya sampai membebani pikiran, tidak ada cara lain selain menerima semuanya dengan lapang dada.
Kenyatannya memang sulit. Orang-orang menyimpan masalahnya dalam pikiran, lalu merasa tersiksa.
Tapi tidak melakukan apa-apa. Mereka hanya menyibukan diri atau bahkan hanya berlari dari masalah.
Saya bukan psikolog. Tapi sebagai manusia biasa, saya pun merasakan sendiri betapa masalah di pikiran itu sangat menganggu.
Saya bukan psikolog. Tapi sebagai manusia biasa, saya pun merasakan sendiri betapa masalah di pikiran itu sangat menganggu.
Semua urusan di kehidupan sehari-hari bisa terganggu juga. Saya pun masih belajar. bagaimana saya bisa mengatur pikiran negatif itu.
Sampai hari ini, ketika pikiran tentang masalah itu muncul, saya hanya bisa bersabar, terus belajar menerima semua masalah yang tidak nyaman itu sambil berharap suatu saat bisa hilang dengan sendirinya.
Tidak ada komentar: