Buruknya Menunda Pekerjaan
Berhasil tidur di bawah jam 2 malam sudah bentuk kemewahan buat saya. Pola tidur saya selama ini memang agak kacau. Padahal saya merasakan sendiri efek negatif dari kurang tidur.
Setiap pagi saya menyesal karena tidur terlalu malam, tapi di malam berikutnya saya mengulangi kesalahan yang sama. Terus menerus seperti itu polanya.
Saya bisa tiba-tiba mengantuk pada waktu yang tidak seharusnya. Biasanya antara pukul 10-11 pagi rasa kantuk itu datang. Kalau sudah ngantuk, larinya pasti ke kopi. Tapi terus-terusan minum kopi tidak akan menyelesaikan masalah, sebab pada dasarnya tubuh saya memang butuh istirahat.
Beberapa orang yang punya kebiasaan buruk ini, punya alasan-alasan yang berbeda kenapa mereka sering tidur larut malam. Dan berbeda dengan kebanyakan orang, masalah saya sebetulnya berhubungan dengan tidak bisanya saya mengatur prioritas dalam melakukan banyak pekerjaan.
Dalam artian, banyak pekerjaan yang seharusnya bisa saya lakukan di siang hari, tapi karena di tunda-tunda, jadi terpaksa saya kerjakan di malam hari.
Akhirnya semua pekerjaan saya lakukan di saat malam suntuk. Contohnya seperti tugas kuliah dan menulis artikel. Jadi malam hari yang seharusnya digunakan untuk istirahat malah dipakai untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut.
Saya tahu Ini contoh yang buruk. Jadi dua hari terakhir saya coba buang kebiasaan itu. Caranya, saya memperbaiki pekerjaan yang saya lakukan. Saya coba mengatur prioritas, mana yang harus dikerjakan lebih dulu, mana yang masih bisa di tunda.
Dan kenyataannya berhasil. Saya senang karena berhasil melakukannya.
Bukan cuma tugas kuliah atau menulis artikel, beberapa pekerjaan lain pun tidak lagi saya tunda.
Selama ini banyak pekerjaan yang sering saya tunda-tunda. Bahkan kebiasaan buruk itu seperti sudah mendarah daging. Jangankan menunda pekerjaan, menunda makan pun sering saya lakukan.
Padahal saya punya maag yang lumayan parah. Kalau telat makan bisa kambuh. Tapi saya tetap mengulangi kesalahan itu dilain hari.
Salah satu alasan saya menunda pekerjaan adalah karena tergoda dengan yang namanya penyakit malas.
Ketika memaksakan diri agar tidak malas, saya seperti sedang melawan sebuah monster besar yang tidak lain adalah diri saya sendiri.
Bagaimana saya melawan kebiasaan menunda-nunda? Jawabannya ya jangan di tunda. Sesimple itu. Tapi jika mau di runut, memang ada prosesnya.
Menurut saya, ada dua hal kenapa seseorang bisa menunda-nunda pekerjaannya.
Pertama, salah prioritas. Kita lebih suka mendahulukan kegiatan yang paling menyenangkan daripada kegiatan yang harus dikerjakan.
Coba dipilih, lebih menyenangkan mana, mengerjakan setumpuk tugas kuliah/kantor atau rebahan sambil main medsos? Bagi sebagian orang pasti menganggap main medsos lebih menyenangkan.
Dan secara alami kita akan mendahulukan hal-hal yang paling membuat kita senang. Kegiatan yang kira-kira butuh kerja keras besar akan di nomor duakan.
Kedua, sebelum melakukan satu pekerjaan, kita sudah berpikir hal-hal buruk. Kita sudah lebih dulu bepikir pasti susah, pasti jelek, pasti bikin pusing dan lain sebagainya.
Dan kita akan otomatis takut dengan kemungkinan buruk itu sehingga lebih baik tidak dikerjakan saja.
Kembali lagi, kita akan lebih memilih melakukan kegiatan yang resiko buruknya paling rendah. Rebahan sambil main hp memang pilihan paling enak. Tidak perlu mikir keras dan tidak perlu berpikir hal-hal buruk itu datang.
Jadi apa yang saya lakukan untuk melawan dua poin diatas?
Simpelnya, saya coba menantang diri saya untuk melawannya. Melawan sifat menunda itu sebisanya saya saja. Saya berpikir kalaupun apa yang saya kerjakan ini tidak akan punya hasil yang bagus, ya tidak apa-apa. Dan sekalipun saya tidak bisa menyelesaikannya sampai tuntas, ya tidak apa-apa juga.
Poin utamanya, yang terpenting saya sudah berhasil melawan sifat menunda saya. Soal nanti pekerjaannya akan diselesaikan atau hasilnya bagus atau tidak itu urusan nanti.
Dan percayalah, setelah saya berhasil melawan pekerjaan yang saya tunda-tunda, perasaan saya lebih lega. Pikiran saya lebih ringan dari biasanya.
Saya jadi tidak punya beban pekerjaan apapun. Saya tidak perlu lagi tidur larut malam. Dan malam tanpa memikirkan segala pekerjaan itu rasanya benar-benar happy.
Kalau kamu ingin merasakan sesansi happy-nya seperti apa, coba saja sendiri. Lawan malas itu dan lakukan sebisa yang kamu bisa.
Tidak ada komentar: