Sajak Dua Pekan #12
Tentang Perpisahan
Ada kalanya kita bercanda
Bertegur sapa
Saling bertenggang rasa
Berbagi hal baik pada sesama
Pada orang yang paling kita cinta
Tapi sampai kapan ini akan bertahan?
Bukankah setiap pertemuan diakhiri perpisahan?
Kita sempat lupa dengan berbagai kemungkinan
Menuntut kita untuk ikhlas dengan kenyataan
Ujung dari semuanya adalah kesedihan
Kemudian kita terpojok dengan sebuah pertanyaan
Mampukah kita terbiasa dengan perpisahan?
Perasaan buruk yang paling kita takutkan
Namun semua orang pasti ikut merasakan
Perpisahan yang akan selalu jadi peringatan
Peringatan tentang kehilangan
Tentang kepergian
Tentang kematian
Lantas, mau kemana kita selanjutnya?
Kita tak akan pernah kemana-mana
Kita tetap disini untuk melepas kenangannya
Lalu belajar dari apa yang telah dilewati bersama
Perpisahan bukan sesuatu yang luar biasa
Dia akan menghampiri kehidupan siapa saja
Masih Menggantung
Kamu memang tak beruntung
Meski rindunya sudah tak terhitung
Keinginan bertemu sudah tak terbendung
Namun kabarnya masih saja menggantung
Sungguh sangat disayangkan
Padahal dulu momennya selalu jadi harapan
Pertemuan terakhir malah berakhir tanpa kesan
Bahkan tak ada sedikitpun kata pamitan
Adakala waktu tak bisa diajak kompromi
Sekedar mendengar suaranya saja tak diberi
Kamu memang bodoh dan susah di mengerti
Meski sadar sudah kecewa berkali-kali
Tapi masih terlintas untuk menghubunginya lagi
Namun Tuhan lebih tahu
Kamu sudah tak ditakdirkan bertemu
Sebab dirinya tak pantas kamu tunggu
Pergi saja mencari kesenangan yang baru
Lupakan saja rindumu itu
Satu-dua kesalahan adalah pembelajaran
Jika lebih dari itu kita hanya punya dua pilihan
Memberi hukuman atau memaafkan
In bukan tentang siapa yang layak diberi kesempatan
Namun apa dia mau berubah meski dalam keterpaksaan?
Amarah memang selalu datang pada kesalahan
Dia keluar begitu saja bersama emosi yang medalam
Sebetulnya kita punya pilihan untuk menahan
Dan kembali tenang dalam diam
Tapi menerima kesalahan bukan cara mudah
Ada proses panjang yang dilalui dengan susah payah
Tidak cukup dengan kata "aku mau berubah"
Sebab kesalahan itu terkadang sudah sangat parah
Tapi tak perlu juga tutup mata
Kalaupun sulit untuk memberi maaf saja
Kita bisa untuk tidak melakukan apa-apa
Tidak pula memberi efek jera
Kita hanya perlu menjauh darinya
Agar kesalahan itu tidak membebani kita
Untuk Sebuah Kesalahan
Satu-dua kesalahan adalah pembelajaran
Jika lebih dari itu kita hanya punya dua pilihan
Memberi hukuman atau memaafkan
In bukan tentang siapa yang layak diberi kesempatan
Namun apa dia mau berubah meski dalam keterpaksaan?
Amarah memang selalu datang pada kesalahan
Dia keluar begitu saja bersama emosi yang medalam
Sebetulnya kita punya pilihan untuk menahan
Dan kembali tenang dalam diam
Tapi menerima kesalahan bukan cara mudah
Ada proses panjang yang dilalui dengan susah payah
Tidak cukup dengan kata "aku mau berubah"
Sebab kesalahan itu terkadang sudah sangat parah
Tapi tak perlu juga tutup mata
Kalaupun sulit untuk memberi maaf saja
Kita bisa untuk tidak melakukan apa-apa
Tidak pula memberi efek jera
Kita hanya perlu menjauh darinya
Agar kesalahan itu tidak membebani kita
Tentang Pilihan
Setiap hari kita dihadapkan pada banyak pilihan
Memilih mundur dan kalah dengan kenyataan
Atau memilih maju terus kedepan
Dalam hidup kita harus selalu punya tujuan
Namun semuanya memang berat untuk dilakukan
Ada pilihan yang seharusnya jadi prioritas
Sebab waktunya yang sangat terbatas
Namun ada pilihan yang membuat kita malas
Sehingga tak ada semangat untuk kerja keras
Tapi kalau santai-santai saja
Bagaimana masa depan kita?
Hari esok tidak tahu kita akan jadi apa
Apa akan terus menjadi pecundang selamanya
Atau berdiri bersama kesuksesan yang ada
Renungkan kembali tentang pilihan hidup
Agar masa depan kita tetap terang tak meredup
Jangan sampai kesempatan itu tertutup
Hanya karena kita sudah merasa cukup
Sebuah Ketakutan
Waktu kecil kita hanya takut dengan kegelapan
Setelah dewasa makin banyak ketakutan yang dirasakan
Kita takut dengan kematian
Sebab saat ini alam sedang unjuk kekuatan
Dia marah atas kerusakan yang kita timbulkan
Kita juga takut dengan masa depan
Takut kalau nanti jadi suram
Di ujung waktu kita mengeluh takaruan
Kenapa kenyataan begitu kejam?
Sejenak, kita pun peduli pada perasaan
Yang mudah takut dengan kesendirian
Takut dengan kepergian
Takut dengan kehilangan
Takut menghadapi kenyataan
Ada kalanya kita ingin melawan
Menghentikan segala macam ketakutan
Lalu berpikir untuk belajar tentang keikhlasan
Tapi, mau sampai kapan?
Selama kasih sayang masih tumbuh di hati manusia
Selama itu juga kita akan lupa caranya melupakan rasa
Semua pembicaraan tentang cinta
Akan berakhir pada kematian dalam berlogika
Tapi, bukankah rasa memang tak butuh logika?
Rasa hanya butuh jiwa
Cinta hanya butuh diperkenalkan sekali saja
Kemudian manusia akan melupakan nalarnya
Kita akan lebih sering menggunakan hati
Dan menjadi manusia yang penuh empati
Kasih sayang menuntut kita untuk saling melindungi
Menjaga satu-satunya dengan penuh arti
Namun, apa kita sanggup menjaga?
Ini bukan tentang komitmen yang di jalin bersama
Ini hanya masalah tanggung jawab kedepannya
Kita harus mendengar semua keluh kesahnya
Kita harus memberi segala hal yang kita bisa
Jika memang terlalu berat untuk di coba
Lupakan dulu kasih sayangnya
Berhentilah berusaha dan perbanyaklah bekerja
Tidak ada komentar: