Menilik Bacaan Kita di Internet
Salah satu ungkapan paling populer yang pernah saya dengar adalah kalimat "kamu adalah apa yang kamu baca". Sekilas saya paham kenapa ungkapan itu terdengar sangat masuk akal. Sebab saya sadar bahwa pemikiran seseorang tentang sesuatu bisa bersumber dari tulisan-tulisan yang sering di baca.
Ungkapan itu sebetulnya bisa di ganti menjadi kalimat lain yang relevan seperti, kamu adalah apa yang kamu makan. Itu berujuk pada bagaimana seseorang bisa menjaga kesehatan dan kebugaran tubuhnya.
Atau, kamu adalah apa yang kamu posting di media sosial. Itu merujuk pada seperti apa diri kita sebenarnya.
Jadi, pada dasarkan diri kita yang sekarang merupakan hasil dari kebiasaan atau hal-hal yang sering kita lakukan berulang-ulang. Oleh karena itu, dalam hal membaca, penting bagi saya untuk memilah dan memilih bacaan saya. Sebab itu akan membentuk pemikiran saya kedepannya.
Sebuah pemikiran bisa datang dari lingkungan dan pengalaman hidup. Selain dua hal itu, ada hal lain yang paling krusial, yaitu membaca. Khusus untuk membaca, saya rasa ini penting untuk dibahas.
Karena di era informasi yang cepat ini, saya menemukan orang-orang yang mengejutkan. Dalam arti, saya menemukan beberapa teman yang pemikirannya saya yakini datang dari apa yang sering dia baca.
Misalnya, ada seorang teman yang seringkali mengkaitkan berbagai fenomena dengan konspirasi. Saya berusaha memahami jalan pikirannya dan tidak sulit bagi saya untuk tahu bahwa dia pasti senang membaca tulisan yang berbau konspirasi juga.
Karena jujur saja, jauh sebelum dia suka hal-hal yang berbau konspirasi, saya sudah lebih dulu menyukai topik itu. Namun pada suatu waktu akhirnya saya insaf dan kembali ke jalan yang benar. Saya berpikir kalau tidak semua hal bisa di konspirasikan dan tidak semua konspirasi bisa di telan bulat-bulat.
Contoh lainnya, ada beberapa teman saya yang senang bahas agama dan politik. Dia sering menganggap pemerintah itu zalim serta sistem saat ini harusnya di ganti dengan khilafah. Saya pikir kamu juga pasti tahu apa saja tulisan-tulisan yang sering orang ini baca.
Memang selama ini saya suka menilik bacaan apa saja yang orang baca di internet hingga melahirkan pemikiran-pemikiran tertentu. Kenapa saya fokus pada bacaan internet? Kenapa tidak membandingkannya pada bacaan bukunya?
Sebab, tidak semua orang suka baca buku, tapi sangat banyak orang suka baca berbagai informasi di internet. Jadi saya kira dampak internet boleh jadi lebih kuat mempengaruhi pemikiran orang-orang zaman sekarang. Karena itulah saya sangat tertarik dengan apa saja yang dibaca seseorang di internet.
Bagi saya, internet telah banyak mengubah pemikiran seseorang. Ditambah lagi, satu bacaan yang panjang dan "berkualitas" di internet bisa dibantah saat itu juga oleh komentar netizen.
Hal ini ada plus minus-nya karena beragumen lewat komentar seringkali tidak lengkap. Kritikan atau pembantahan lewat komentar jadi tidak seimbang argumentasinya dibandingkan orang yang telah menuliskan pemikirannya lewat sebuah tulisan yang panjang.
Tapi disisi lain, komentar di internet bisa jadi latihan berpikir kritis, meskipun yang saya lihat lebih banyak debat kusirnya.
Hal yang saya tunggu-tunggu ketika ada satu tulisan yang menarik, saya tidak pernah lepas untuk membaca respon netizen maha cerdas di kolom komentar. Ada komentar yang bisa saya terima dan masuk akal. Namun ada juga yang hanya sampah saja.
Ketika saya sadar bahwa pilihan bacaan di internet sangat mempengaruhi pemikiran saya. Maka, saya selalu berusaha mencari bacaan yang sehat. Bacaan sehat itu seperti apa?
Bacaan yang memberi saya inshight baru yang tentunya akurat dan bisa di pertanggung jawabkan. Hoax dan tulisan menyinggung SARA bukan bacaan yang di rekomendasikan.
Dan yang jauh lebih penting dari itu adalah saya berusaha agar tidak tekekang oleh filter bubble (gelembung bias). Sehingga cara pandang saya dalam melihat satu persoalan bisa lebih objektif.
Tidak ada komentar: