Kisah Nelayan dan Pengusaha
Ada satu kisah yang selama ini sering saya jadikan pengingat ketika saya sedang berada di fase tidak bahagia. Jadi, suatu hari ada seorang pengusaha yang sedang liburan di sebuah pulau.
Ketika mulai merasa bosan, ia memutuskan keluar dari tempat menginapnya dan pergi berjalan-jalan di sekitar pantai. Disana ia bertemu dengan seorang nelayan sedang memancing ikan. Pengusaha itu bertanya, "Lagi mancing Pak?"
"Iya Pak. Mancing satu-dua ekor ikan buat makan malam sama keluarga." kata si nelayan.
"Kok cuma dua ikan? Padahal kalau bapak lebih lama mancingnya, bapak bisa dapat lebih banyak ikan."
"Loh? Emangnya buat apa mancing ikan banyak-banyak?"
"Satu-dua ikan bisa bapak makan, sisanya bisa bapak jual. Dan uangnya bisa buat beli alat pancing baru. Nanti bapak bisa dapat ikan lebih banyak lagi."
"Gunanya buat saya apa?"
"Kalau bapak bisa dapat lebih banyak ikan setiap hari, bapa bisa dapat uang lebih banyak untuk beli jala ikan yang besar. Jadi bapak bisa mendapat banyak sekali ikan untuk di jual.
Setelah itu uangnya bisa dibelikan perahu. Dari satu perahu, bapak bisa beli armada penangkapan ikan. Saya yakin suatu saat bapak bisa jadi nelayan kaya raya. "
Nelayan itu malah kebingungan dengan semua ide si pengusaha. Ia merasa kekayaan alam ini sudah cukup memenuhi kebutuhan hidupnya bersama keluarga.
Lalu kenapa harus mengambil kekayaan alam hanya demi mendapatkan uang? Bagi si nelayan, ide si pengusaha ini tidak masuk akal.
Sementara itu, si pengusaha tetap keukeuh dengan ide bisnisnya yang luar biasa, "Kalau bapa ikuti saran saya, bapak akan kaya dan bisa mendapatkan apapun yang bapak mau."
"Apa yang akan saya lakukan kalau saya punya banyak uang?"
"Bapak bisa jadi seperti saya. Bisa berlibur setiap tahun ke pulau ini, lalu bapak bisa bersantai sambil memancing."
"Loh? Bukannya saya bisa datang ke pulau ini dan memancing setiap hari tanpa harus menjadi kaya?"
Mendengar jawaban nelayan, pengusaha ini seketika terdiam. Ia baru sadar bahwa untuk sekedar menikmati keindahan pulau dan memancing tidak harus menunggu kaya raya.
Secara bisnis, ide yang diberikan si pengusaha memang benar. Ia merasa si nelayan tidak cerdas dan tidak pintar mencari peluang. Mendapatkan kekayaan dari hasil alam merupakan hal-hal wajar bagi seorang pengusaha. Bahkan di matanya, menjadi kaya adalah sumber kebahagiaannya.
Sedangkan bagi si nelayan, kebahagiaan yang ia dapat berasal dari hal-hal yang sederhana. Ia tidak berpikir soal strategi bisnis yang cemerlang untuk mendapatkan kebahagiaan. Baginya, kebahagiaan itu di dapat ketika ia bisa menerima apapun yang diberikan alam secukupnya.
Dari cerita tersebut, saya melihat bahwa sebagian orang punya hasrat untuk mengejar kebahagiaan dengan uang. Dan itu sesuatu yang dilakukan banyak orang. Saya pun begitu. Saya punya keinginan dan untuk mewujudkannya, saya harus punya uang.
Tapi satu pelajaran yang bisa saya ambil dari si nelayan adalah ukuran kebahagiaan itu bisa di dapat dari hal-hal sederhana. Uang terkadang membuat ukuran kebahagiaan jadi terasa sulit didapatkan.
Padahal, jika kita mau merenung sejenak, kita bisa melihat kebahagiaan itu dari hal-hal yang sudah kita miliki sekarang. Terkadang rasa bahagia muncul ketika kita bisa bersyukur dengan apa yang telah kita punya.
Sumber ketidakbahagiaan itu justru datang ketika kita mempermasalahkan sesuatu yang tidak kita punya. Padahal kita bisa melihat itu dari perspektif yang lebih baik.
Misalnya, yang tidak punya mobil, masih bisa bahagia karena masih punya motor. Yang tidak punya gaji besar masih bisa bahagia karena masih punya pekerjaan. Yang tidak punya pasangan masih bisa bahagia karena masih punya teman dan keluarga yang sangat menyayangi.
Bahagia itu letaknya di pikiran. Jika pikiran kita fokus pada hal-hal sederhana dan tahu akan rasa cukup, kita tetap bisa mendapatkan kebahagiaan seperti halnya si nelayan tanpa harus bersusah payah menjadi seperti si pengusaha.
Tidak ada komentar: