Wahai Mahasiswa Apatis (Part 1)
via pixabay.com |
Dalam sebuah kelas, ada berbagai jenis mahasiswa. Ada yang melihat teman-teman mereka sebagai bagian dari keluarga dan ada yang menganggap teman-teman mereka hanya sebagai hubungan formalitas saja. Ada yang berusaha mengikat kebersamaan, ada yang mahasiswa yang tinggi egonya. Kedua hal yang saling bertabrakan itu sulit disatukan.
Dalam contoh kecil seperti kelompok diskusi misalnya. Ada beberapa mahasiswa yang dominan dalam mengungkapkan mendapatnya, keinginannya. Namun ada sebagian yang cenderung mengikuti saja tanpa ada kemauan untuk ikut campur. kanda sebut ini sebagai bagian dari orang apatis.
Mahasiswa apatis itu banyak jenisnya. Menurut saya, setiap orang punya sisi apatis. Karena ke-apatis-an muncul berawal pada sesuatu yang kita anggap tidak penting atau tidak disukai.
Ada sebuah acara bulanan yang diadakan oleh BEM. Acara itu ‘katanya’ dimaksudkan untuk menjalin ke-akrab-an dan menyatukan antar angkatan. Acara tersebut kenyataannya kurang di apresiasi sebab sebagian mahasiswa dari masing-masing angkatan tidak hadir. Maka mulailah terdengar kata, “dasar apatis!”.
Kita harus cari tahu dulu kenapa mereka bisa jadi apatis. Seperti yang kanda sebutkan sebelumnya bahwa ke-apatis-an disebabkan orang tersebut tidak menyukai atau tidak mengganggap acara tersebut tidak penting.
Lalu, adakah cara agar orang apatis tersebut berubah menjadi tidak apatis. Saya merasa itu sulit. Karena kita tidak bisa memaksakan apa yang mereka suka. Kita tidak bisa memaksakan untuk menganggap bahwa acara ini adalah acara penting bagi mereka. Pada akhirnya yang tertarik datang pada acara tersebut sebagian adalah orang-orang yang tidak apatis, sebagiannya lagi adalah orang-orang apatis tapi berpura-pura tidak apatis karena takut dengan sanksi-sanksi sosial dari teman-teman seangkatan atau dari kakak angkatan itu sendiri.
Yang bisa kita lakukan (bagi Kanda) untuk membuat mereka tidak apatis adalah dengan membuat sebuah kompromi dengan mereka. Maksudnya kita dengarkan apa yang membuat mereka apatis terlebih dahulu. Lalu kita tampung acara atau kegiatan yang mereka sukai, kemudian merealisasikannya dengan persetujuan semua pihak. Namun bila dirasa cara tersebut kurang efektif mungkin kita bisa mengambil cara lain dengan mencari kegiatan yang sifatnya umum. Kegiatan yang sekiranya bisa disukai oleh banyak mahasiswa termasuk mahasiswa apatis. Kegiatan yang bahkan orang apatis pun pasti mau mengikutinya. Apakah itu? Coba Kanda pikir-pikir sendiri.
selanjutnya: Wahai Mahasiswa Apatis (Part 2)
selanjutnya: Wahai Mahasiswa Apatis (Part 2)
Wahai Mahasiswa Apatis (Part 1)
Reviewed by DAFFA ARDHAN
on
Selasa, Oktober 18, 2016
Rating: 5