Kuliah Umum JK di Oxford dan Sebuah Kritik Berlawanan
Jusuf Kalla (sebelah kiri) via Liputan6.com |
Dalam pidatonya, JK lebih banyak menjelaskan sejarah penyebaran islam di Indonesia dan bagaimana latar belakang Indonesia sebagai negara yang penuh toleran terhadap keberagaman yang ada. JK berusaha mencitrakan Indonesia sebagai negara yang toleransinya tinggi dan penuh dengan kedamaian.
Realitasnya sekarang apa sesuai dengan yang di katakan JK? Harapan tentang toleransi, toleransi, dan toleransi selalu didengungkan. Tapi toleransi yang terjadi sekarang hanya primordialisme, eksistensi dan rasa bangga berlebihan terhadap ras, suku atau agamanya sendiri. Mereka tahu Indonesia itu beragam, tapi hanya sekedar tahu. Berbedaan itu menjadi tersekat-sekat dan sulit melebur menjadi keberagaman yang mendamaikan.
Beliau juga sempat menyinggung soal kasus penistaan agama yang menjerat Ahok. Disana beliau membuat beberapa kekeliruan. Pertama, beliau menyebut Ahok mengutip ayat al-quran saat kampanye. Kenyataannya Ahok mengutip ayat al-quran (dalam hal ini surat al maidah ayat 51) dengan menyatakan ‘jangan mau dibohongi pakai surat al-maidah” itu terjadi sebulan sebelum masa kampanye. bukan pas kampanye sayanggg. Entah redaksi berita yang salah tulis atau memang JK-nya yang salah lihat bulan di Kalender. tapi pernyataannya itu fatal.
Kedua, JK mengatakan bahwa Ahok menyerang lawan (politik) nya dengan ayat Al-Quran. Padahal di masa Pilkada DKI banyak isu-isu agama yang justru bukan dilakukan oleh Ahok tapi lawan politiknya agar jangan memilihnya karena dia non-muslim. Hingga ada nada ancaman jika ada yang memilih Ahok, jenazahnya tidak akan disholatkan. Jadi siapakah kelompok yang menyerang lawan politiknya dengan (memanfaatkan) ayat suci Al-Quran?
Kemudian kedatangan JK ini mendatangkan protes dari seorang WNI London, Mariella, bersama 2-3 temannya. Mereka mengganggap JK belum pantas membicarakan tentang Islam Moderat, karena Islam ekstrimisme makin meningkat di Indonesia. Dia juga menuduh JK (sebagai tokoh sentral) dibalik mendekamnya Ahok di jeruji besi, dan keberpihakannya pada Anies Baswedan. (headline.indopos.co.id)
Yang unik, aksi yang terbilang sepi ini mendapat komentar dari WNI lain, Ahmad Riyadi.
Silahkan pembaca bisa membaca screenshot dibawah ini soal kritikan Ahmad Riyadi kepada Mariella yang diambil dari salah satu media online:
atau baca disini: http://headline.indopos.co.id/read/2017/05/19/98758/Seorang-Indonesia-di-London-Demo-JK-Dikecam-WNI-Lain
Kanda akan komentari sedikit. Jadi Ahmad Riyadi mengatakan kalau Mariella ini adalah korban berita hoax. Apa benar? Bisa iya, bisa tidak. Mariella menyebut tentang kelompok extrimisme yang makin meningkat di indonesia. Kenyataannya ekstrimisme di indonesia memang ada. Kelompok-kelompok ekstrimis islam di indonesia memang mendiami Indonesia bahkan telah berafiliasi dengan ISIS.
Tentang tuduhan Mariella bahwa JK adalah dalang dipenjarakannya Ahok belum dan tidak bisa dibuktikan. keberpihak JK pada Anies yang kanda tahu di media adalah sekedar bentuk dukungan saja. Kemudian kritik tajam dari Ahmad Riyadi juga terasa berlebihan dan tidak subjektif.
Ketika Ahmad mengkritik kalau Mariella tidak bisa bersikap adil (terlalu subjektif) maka sesungguhnya Ahmad pun memperlihatkan kesubjektifannya. Dia menganggap, pun jika keberpihakan itu benar maka menurutnya sebagian orang Indonesia juga percaya bahwa Jokowi berpihak pada Ahok. Tapi nyatanya keberpihakan itu tidak pernah terbukti. Jika presiden berpihak, sejak awal Ahok tak akan menjadi tersangka bahkan sampai di vonis 2 tahun penjara. Keberpihakan bahwa pemerintah mengintervensi hukum tak pernah terbukti juga. Yang ada malah intenvensi dari massa yang terus mendemo ahok.
Negara ini memang negara hukum tapi Ahmad perlu diingatkan dengan banyak kasus ketidakadilan hukum di Indonesia. Kasus seorang kakek yang mencuri 1 pohon mangrove dipenjara 2 tahun dan koruptor yang melakukan korupsi hingga 9.6 miliar hanya dipenjara 1 tahun. Dimana letak keadilannya? Percaya pada hukum Indonesia wajib. Tapi kita tidak bisa memungkiri bahwa keadilan hukum indonesia itu sungguh mengkhawatirkan.
Apa yang disuarakan Mariella wajar. Namun kritikan Ahmad pun bisa jadi berlebihan. Setiap orang punya pandangan politik yang berbeda. Tapi perbedaan itu jangan sampai memincu konflik. Ahmad menyebut Mariella korban berita hoax, tapi dugaan-dugaan yang dipercayai Ahmad tentang keberpihakan Jokowi kepada Ahok juga bisa jadi hoax. Itu artinya dia sendiri juga bagian dari korban hoax.
Tuduhan-tuduhan yang hanya berdasarkan argumen semata tanpa bukti atau data yang kuat memang bisa menimbulkan perdebatan yang tidak kunjung usai karena akan selalu memunculkan argumen-argumen baru. Pada akhirnya, perbedaan pandangan politik bukannya meneduhkan tapi malah memperkeruh suasana.
Tuduhan-tuduhan yang hanya berdasarkan argumen semata tanpa bukti atau data yang kuat memang bisa menimbulkan perdebatan yang tidak kunjung usai karena akan selalu memunculkan argumen-argumen baru. Pada akhirnya, perbedaan pandangan politik bukannya meneduhkan tapi malah memperkeruh suasana.
Pembaca mungkin melihat kanda berpihak pada ahok. Tapi apa itu salah? Ini bukan masalah berpihak pada siapa tapi apa perbedaan pandangan politik itu salah? Tentu tidak salah. Kanda pun tak menyalahkan Mariella atau Ahmad. Semua bebas punya pandangan politiknya sendiri.
Kuliah Umum JK di Oxford dan Sebuah Kritik Berlawanan
Reviewed by DAFFA ARDHAN
on
Sabtu, Mei 20, 2017
Rating: 5