Tren K-pop: Pengamen Jalanan Harus Mengikuti Jaman
image via buset-online.com |
Melihat pekerjaan pada sektor jasa, nampaknya pengamen adalah pekerjaan yang pelik. Mereka bekerja, menawarkan jasa berupa hiburan ecek-ecek dan hasilnya di'usir' dengan uang recehan. Namun nyatanya pengamen malah senang. Pelik bukan?
Itu disebabkan karena jasa yang mereka tawarkan bagi sebagian orang kurang menjual . Alih-alih menghibur, ada dari mereka yang membuat orang jengkel. Mereka dibayar oleh kejengkelan yang mereka buat. Terkadang mereka akan terus bernyanyi jika belum ada yang memberi uang.
Biasanya kalau yang ngasih uang recehan itu ibu-ibu, manggilnya, “makasih bu Haji” padahal ibu itu belum haji. Jika bapak-bapak pun demikian. Ya anggap saja ucapan itu doa. yang dikhawatirkan, jika sampai lagu selesai sang pengamen tidak dibayar maka tempo suaranya akan meninggi dan itu berbanding lurus dengan suara-suara makhluk astral yang mengganggu telinga.
Lagu yang mereka nyanyikan adalah Lagu-lagu yang dibuat oleh kalangan pengamen sediri, kadang lagu melayu macam lagunya Charly Van Houten, dangdut kontemporer, atau sesekali lagu pop percintaan indonesia yang seketika berubah jadi lagu pemujaan pohon toge.
Mulai sekarang, lewat semangat revolusi mental yang digaungkan pemerintah, mereka perlu beradaptasi dengan tren kekinian. Sedikit demi sedikit meninggalkan lagu-lagu yang lumrah dinyanyikan dan menggantinya dengan lagu k-pop.
Genre musik ini sedang membumi, setidak untuk kalangan remaja wanita sekarang. Belum adakan sejarahnya pengamen nyanyi lagu kpop. Nah, ini akan jadi ide yang anti mainstream yang perlu dipraktekan.
Mereka bisa belajar k-pop dari Youtube, menghafal lirik-lirik hangul yang tersedia di internet, melagamkannya, dan membagi porsi setiap part nyanyi. Karena kpop identik dengan grup boy and girlband, maka perlu membagian suara pada setiap pengamen.
Masing masing pengamen boleh mengambil part reff nya secara bersama-sama. Ada pula yang bertugas sebagai backing vocal, jadi latar suara dengan mengucap, “na na na, nananana..” saja, serta diperlukan pengamen yang menguasai bagian rap. Tidak perlu nge-rap sekelas Chanyeol atau Rap Monster BTS, Minimal mereka bisa mengucapkan lirik‘tahu-tempe-bermutu-digoreng-dadakan-lima-ratusan-dollar-heuk-asa-an’dalam waktu kurang dari 0,9 detik.
Bila perlu mereka mempelajari sedikit koreografinya. Siapa tahu orang-orang akan menyuruh mereka untuk beraksi di tengah jalan, lalu menonton berkumpul bersurak gembira mengelilingi mereka sambil membawa golok dan bensin, “bakar sekarang!! Bakar!!”
Pengamen jika ingin lebih dihargai, berinovasilah dengan hal-hal baru. Lihat penyanyi sebesar Afgan, Tulus, Rizky Febian, Raisa, Isyana Sarasvati, mereka juga dulu pengamen jalanan loh. Tapi lihat mereka sekarang, sukses kan?
“Emang bener mereka semua pernah jadi pengamen jalanan?” tanya hayati.
“Ngga kok, itu cuma bercanda hehe..”
Tren K-pop: Pengamen Jalanan Harus Mengikuti Jaman
Reviewed by DAFFA ARDHAN
on
Sabtu, Agustus 12, 2017
Rating: 5