#1 Dibalik Nulis: Kenapa Saya Menulis?
Beberapa penulis kesohor yang saya tahu tentang karya-karyanya jarang sekali membicarakan tentang alasan-alasan utama mereka menulis. Saya tahu bahwa menulis itu sendiri adalah alasan yang tidak perlu dijelaskan panjang lebar. Kegiatan menulis sebenarnya sudah cukup menjelaskan bahwa menulis adalah kegiatan menuangkan gagasan yang nantinya akan dibaca oleh orang-orang.
Secara sederhana, puncak dari kegiatan menulis selalu dilandaskan pada alasan ingin berbagi, entah berbagi pengetahuan, pendapat, ide dan lain sebagainya. Saat SMP saya masih ingat ketika saya sangat keranjingan dengan berbagai kata motivasi. Dari mulai artikel sampai konten video dari Mario Teguh saya telan semuanya dalam pikiran saya.
Lalu, apa yang terjadi selanjutnya? Apa setelah membaca motivasi tersebut saya jadi sosok orang yang punya banyak mimpi? Dalam jangka pendek mungkin iya. Motivasi mendorong seseorang untuk bermimpi. Tapi kata-kata motivasi itu seperti obat penghilang alergi. Efeknya tak sampai 2-3 hari, setelah itu hilang dan pergi. Kata-kata motivasi tidak merubah saya jadi punya prestasi.
Tapi ada satu kata motivasi yang berbekas dalam ingatan saya yang saat ini yaitu soal passion. Saya tak pernah berpikir saya punya passion. Kala itu saya tidak percaya bahwa setiap orang itu harus punya passion dalam hidupnya. Yang saya sadari ketika itu saya punya hobi dan katanya hobi bisa berubah menjadi passion seseorang.
Dan menulis untuk sekarang ini adalah kegiatan yang sedang menjadi ‘passion’ saya. Kenapa? Karena dari dulu sampai sekarang tidak ada aktivitas memyenangkan yang bisa saya banggakan selain menulis. Dari kecil hingga sekarang saya punya banyak hobi. Saya lakukan hobi itu hampir setiap hari. Tapi tak ada yang bertahan sampai bertahun-tahun seperti halnya menulis.
Di masa sekolah, saya tidak pernah mendapat perhargaan apapun. Saya tidak pernah mengikuti berbagai macam perlombaan kecuali lomba makan kerupuk. Itupun cuma masuk juara harapan. Harapannya menang, nyatanya kalah. Masih mending sih, daripada diberi harapan palsu.
Saya belum pernah merasakan bagaimana rasanya mendapat sebuah piala atau piagam penghargaan karena pada masa itu, saya tidak punya bakat yang bisa dikembangkan. Masa sekolah saya di isi dengan kegiatan pergi sekolah, mendengarkan guru mengajar, pulang ke rumah, mengejarkan PR, lalu balik lagi ke sekolah. Begitu-gitu saja.
Suatu hari saya bertemu dengan dunia menulis. Sampai suatu ketika, hari demi hari, bulan demi bulan, saya akhirnya menemukan sebuah kegiatan yang setidaknya membuat saya bangga yakni menulis.
Di tahun pertama saya belajar menulis saya mendapat banyak pujian dari beberapa teman saya di extrakulikuler jurnalis. Beberapa tulisan saya dalam bentuk naskah drama juga digunakan untuk pentas drama di sekolah. Beberapa artikel saya pernah dimuat koran dan satu cerpen saya pernah diterbitkan dalam project kumpulan cerpen oleh salah satu penerbit indie.
Itu suatu kebanggan yang besar bagi saya ketika kemampuan menulis saya masih seumur jagung. Dari situ saya merasa bahwa kegiatan menulis bisa mengubah hidup saya. Setidak-tidaknya bisa merubah diri saya yang tidak punya prestasi apapun di masa sekolah menjadi punya sesuatu yang dibanggakan bagi diri saya pribadi.
Selain itu, dari dulu hingga sekarang saya punya kelemahan dalam berbicara. Saya termasuk orang yang hemat bicara, gampang demam panggung, dan sering bebicara terbata-bata ketika harus berbicara di depan banyak orang. Dan menulis itu semacam jadi ‘pelarian’ saya ketika gagasan-gagasan saya tidak pernah terakomodir secara lisan.
Ketika saya lemah dalam berbicara, setidaknya saya bisa berbicara lewat tulisan. Maka, di tahun-tahun selanjutnya saya mulai menjalani hobi menulis ini sampai kuliah. Saya memutuskan membuat blog, menulis di beberapa platform media, dan mulai belajar meraup pundi-pundi rupiah lewat tulisan walaupun nominalnya tak seberapa.
Saya kembangkan kemapuan menulis saya yang masih pas-pasan ini ke beberapa situs menulis. Sampai saat ini memang saya belum mendapat sesuatu yang besar dari menulis. Tapi saya percaya kegiatan menulis setidaknya bisa memberi kesenangan tersendiri bagi saya sekalipun saya harus meluangkan waktu berjam-jam hanya untuk menulis satu tulisan pendek saja.
#1 Dibalik Nulis: Kenapa Saya Menulis?
Reviewed by DAFFA ARDHAN
on
Jumat, September 28, 2018
Rating: 5