Sajak Dua Pekan #1
Mimpi Buruk
Dan tiba-tiba hatiku redup kelambu
Keringat dingin membasahi sekujur tubuhku
Kuingat semalam mulutku menggerutu
atas sikapmu yang pernah menyakitiku
Ini bukan untuk pertama kalinya
Entah berapa puluh kali aku merasakan hal yang sama
ada yang menganjal di dirasa
Ada duri yang tertinggal disana
Aku tak tahu harus berbuat apa
Dirinya mungkin tak pernah peduli
Tentang perasaan sakit ini
Setidak-tidaknya jika dia mengetahui
Mungkin hanya sekedar bersimpati
Lalu lupa kalau pernah menyakiti
Mungkin dia pernah merasa bahagia
Melihatku tersenyum dan tertawa
Meski akhirnya semua menjadi duka
Setelah waktu tak menjemput takdirnya
Sekarang aku tahu apa harus dilakukan
Agar tak bersinggungan lagi dengan harapan
Mencoba mengerti posisi batin yang membingungkan
Walau harus iri dengan kenyataan
Walau harus dengki dengan kecemburuan
Waktu kutahu akan berakhir
Menunggu sesaat dengan rasa getir
Untung saja aku tak tersambar petir
Oleh hidupmu yang penuh satir
Hidup Tidaklah Sia-Sia
Seburuk apapun masalahmu
Yakinlah semua akan berlalu
Bersama kebahagiaan yang menyatu
Sebab masalah hanya kecil bagimu
Setelah kau tahu begitu besar tekat itu
Sedih karena dikecewakan
Sakit karena ditinggalkan
Marah karena tak sesuai kenyataan
Semua itu tak membuatmu menjadi terkucilkan
Orang tahu kau mampu bertahan
Karena serpihan menganggu akan mudah dilewatkan
Merasa hidup tak adil itu wajar
Asalkan kita bisa menahan diri agar tidak berkata kasar
Anggap saja ketidakadian itu sebagai ujian agar senantiasa bersabar
Terus menyusukuri hidup dan teruslah belajar
Tentang kehidupan yang tak selamanya datar
Kita semua tahu ada banyak yang sulit diterima
Kenyataan buruk memang seringkali membuat kita dilema
Kita menganggap apa yang terjadi sebagai malaka petaka
Padahal itu adalah proses yang menunjuk kita lebih dewasa
Mulai sekarang, jangan anggap lika-likau hidupmu sebagai hukuman
Sebab hakekatnya hidup itu sulit dari kata aman
Terima saja meski harus keluar dari zona nyaman
Karena itu yang akan membuat dirimu tumbuh kedepan
Jangan kehilangan arah
Tetap bertahan dalam lelah
Berusaha jangan pasrah
Hadapi semua jangan menyerah
Mahasiswa, Lelaki Kardus
Kita hampir lulus
Tapi nyali hampir putus
Bahkan otak sampai mau meletus
Ketakutan dengan hasil yang tidak bagus
Dan masa depan pun terancam pupus
Masihkah kita belajar sesuai silabus?
Menjalani kuliah sesuai arus
Atau malah semakin tidak fokus
Karena terlalu banyak modus
Mendekati dia dengan berbagai jurus
Hingga badan makin dekil tidak ter-urus
Memikirkannnya terus sampai kepala hangus
Tapi malu-malu dan tak berani serius
Mengatakan perasaan dengan tulus
Pendekatan pun tak berjalan mulus
Dasar nasib kau lelaki kardus
Memulai Prioritas
Tak semua orang tahu prioritas
Selalu bingung mana yang harus lebih dulu tuntas
Terkadang kita mengabaikan pekerjaan yang keras
Lalu memilih melakukan pekerjaan yang lebih ringan karena alasan malas
Mudah-mudahan kamu bisa merasa tersindir
Atau minimal mengakui sambil nyengir
Sebagian dari kalian mungkin sudah mikir
Tahu prioritas bukan sekedar tahu sampai dibibir
Tapi sudah dipratekkan sampai bisa berubah takdir
Semua tahu tak mudah untuk berubah kebiasaan
Apalagi harus keluar dari zona nyaman
Perlu extra kerjakeras untuk merubah keadaan
Tapi jangan khawatir akan tersesat di jalan
Kamu tidak pernah sendirian
Karena bukan kamu saja yang merasa kesulitan
Jika kamu tahu prioritas
Cepat atau lambat kamu akan naik kelas
Ditambah lagi jika memulainya dengan ikhlas
Pastilah kesuksesan terbuka tanpa batas
Jadi kapan kita akan melakukan pekerjaan itu secara prioritas?
Kau yang Terus Mencari
Hati kau mungkin telah mati,
Tenggelam dalam halusinasi,
sebab percaya harapan yang tidak pasti,
terpesona dengan manisnya janji-janji,
terbawa nostalgia dulu dan nanti.
Sia-sia saja berusaha dan terus mencari,
karena sudah tidak ada gunanya lagi,
kenyataannya tidak ada yang peduli,
meski angin mengatakan dia bukanlah harga mati,
tapi nyatanya banyak hal yang sulit mengerti.
Rasanya memang tidak sesakit ditusuk duri,
dan tidak senikmat hangatnya secangkir kopi,
tapi ada dinding besar yang menghalangi,
hingga akhirnya kegagalan terjadi berkali-kali,
Kau pun bersedih dan menyiksa diri.
Masih terdiam disini,
terkalut dalam malam yang sepi,
sayangnya tak ada lagi ruang untuk bersandar diri.
MengHayati,
Selasa, 9 Juli.
Berat Melangkah
Ada banyak hal yang membuat kamu iri,
ada sebagian lagi yang menyakiti,
sesuatu yang membuatmu sadar diri,
atas hidup yang kamu jalani selama ini.
Tidak semua sindiran harus di terima,
tidak semua ejekan disikapi dengan lapang dada,
terkadang ada hati yang terlanjur merana,
hingga membuat dirimu makin kecewa.
Gelisah yang terasa terpaksa di pendam dalam hati,
dan kesedihanmu hanya bisa diratapi,
sampai menunggu harapan yang tidak pasti,
seperti senja yang menunggu datangnya pagi.
Tapi ada satu hal yang perlu kamu tahu,
sulit menerima kemungkinan buruk itu,
membiarkan semuanya memenuhi pikiranmu,
menganggap itu hanya sebagai angin lalu,
sekarang kamu pun tahu,
semakin berat langkah yang kamu tuju.
MengHayati,
12 juli.
Orang tidak tahu apa yang telah kau lewati
Perjalanan panjang menyusuri tepi
Hingga karang bebatuan tajam kau injaki
Meski kau tahu akhirnya akan sesedih ini
Kau mampu bertahan dalam sepi
Yang manis tidak selalu terulang kembali
Yang pahit tidak selalu menyakiti
Hakekatnya semua rasa akan kau nikmati
Untuk pengalaman berharga yang harus disyukuri
Jangan anggap perjalanan ini sebagai dedikasi
Sebab ini bukan sesuatu yang layak di apresiasi
Ini hanya kesalahan kau yang tidak akan terjadi lagi
Proses itu tidak mungkin terasa saat ini
Kau akan merasakannya nanti
Dimana ada ruang bagimu untuk sendiri
Mendapat renungan yang kau jiwai
Melihat dunia yang sekejam ini
Tidak perlu risau untuk kau hadapi
Tatap semuanya dan resapi
Makna perjalanan yang tak akan pernah datang kembali
MengHayati,
Sabtu, 19 juli.
Sajak Dua Pekan #1
Reviewed by DAFFA ARDHAN
on
Rabu, Juli 24, 2019
Rating: 5