[Review] TULUS - Pamit (Official Music Video): Pamit, tapi tidak pamit..
Artikel ini sebaiknya kamu baca ketika kamu sudah menonton video clip nya. Bila belum, silahkan lihat dulu di Youtube agar tidak kebingungan saat kamu baca review ini.
Tidak Tulus kembali merilis sebuah video musik yang kali ini lebih ‘wah’ dan terlihat budget pembuatan video nya lebih besar dibandingkan sebelum-sebelumnya.walaupun kita tidak bisa pungkiri bahwa budget sebesar itu hasil dari ‘sumbangan’ sponsor kosmetik WARung DAdaHa. Mungkin label sendiri masih mikir-mikir untuk mengeluarkan budget besar dari kantong sendiri. Lebih baik dari sponsor, untuk cari aman, biar cepet balik modal. Ya, selama ada sponsor, ngapain susah-susah ngeluarin duit gede. Toh biaya pembuatan video musik ditanggung sama sponsor. Oke, paragraf ini memang lebay.
Masih sama dengan beberapa video musik (video klip) sebelumnya yang menggunakan set latar luar negeri. Memang, luar negeri jadi pilihan yang menakjubkan untuk memberi kesan elegan dan maha keren. Bahkan ketika sebuah video musik hanya direkam di sebuah pekarangan rumah sekalipun, bila set-nya luar negeri maka semua akan terlihat maha keren. Dan itulah faktanya. Luar negeri (terutama daerah western) adalah daerah asing dan jarang dilihat oleh orang-orang lokal seperti kita. Apalagi latar yang disorot adalah musim dingin (winter) yang tak akan pernah ada di indonesia (terkecuali bila Allah Mengehendakinya sodara-sodaraku yang beriman). Jadi ketika melihat salju-salju-an, orang lokal macam kita ni, akan terlihat nora.
Set-luar negeri dalam ‘pamit’ ini berada di Ibukota Praha, Republik Ceko. Sebuah negara yang dulu pernah saya dengar, tapi terasa asing ditelinga. Mengutip pernyataan tulus, ‘lagu ini jadi jembatan untuk album saya yang ke tiga’.
Lalu yang menarik perhatian saya ada pada cover album ini, terlihat gambaran jejak-jejak kaki di salju. filosofinya mungkin seperti jejak-jejak orang yang telah pergi, pamit (?)
via genmuda.com |
Potongan lirik:
“tubuh saling bersadar.. Ke arah mata angin berbeda..”
“kau menunggu datangnya malam, saatku menanti fajar..”
Terlihat kalau 2 sejoli sudah tidak ada kecocokan. Saling berlawanan.
Beberapa kali diperlihatkan ada sebuah poster gambar jalan raya. Lagi-lagi (mungkin) filosifi orang mau pamit. Namun bedanya, di cover album, lebih ke ‘pamit dengan jalan kaki’, tapi di poster jalan raya tersebut, ‘pamit dengan menggunakan kendaraan bermotor’. Tapi sayangnya di poster itu tidak ada gambar kendaraan. Mungkin Tulus belum punya kendaraan, jadi meskipun di jalan raya tetap jalan kaki (sami mawon mbo..)
“sudah berbagai cara.. Agar kita tetap bersama..”
“yang tersisa dari kisah ini.. Hanya kau takut kuhilang..”
Si Tulus ini mencoba mempertahankan hubungannya dan kekasihnya, pun takut bila harus kehilangannya.
“berdebat dan apapun menuju kata pisah.. ”
“jangan paksakan gengamanmu..”
Tulus (entah kenapa) pasrah dan mencoba melepaskan sang kekasih walaupun dia tetap memaksakan kehendaknya untuk tidak berpisah.
Dari liriknya, terlihat bahwa subjek yang mau ‘pamit’ disini adalah tokoh ‘aku’ (atau kita bisa ilustrasikan Tulus-lah tokoh yang mau ‘pamit’nya).
“ijinkan aku pergi dulu. Yang berubah hanya kau tak lagi ku milikmu..”
“kau masih bisa melihatku.. Kau harus percaya kutetap teman baikmu..”
Ya walaupun Tulus disini berpisah secara baik-baik. Sampai mencoba menenangkan sang kekasih bahwa ‘kau masih bisa melihatku..’ walaupun cuma ‘teman baikmu..’ (semacam pacaran lalu putus, lalu jadi teman)
Atau sebenarnya, ‘Pamit’ disini mungkin sifatnya universal. Sebab, si penulis lagu memilih kata ‘teman’ sebagai subjek yang disebut dalam lagu ini.Walaupun isi lagu ini terlihat bahwa orang yang dipamiti disini adalah seseorang yang sangat dekat (bisa kekasih, suami, janda bodong, mantan, istri sirih, friendzone, selingkungan dll)
dalam video musik ini, banyak shot yang mubazir. Ada juga yang terlihat keren yakni dari pengambilan gambar dari udara. Memperihatkan pemadangan Praha yang diselimuti salju. Yang bagi kita orang lokal akan menganggap sungguh indah. It’s like White City. (lalu berharap muncul Elsa Frozen)
Yang mubazir itu pengambilan gambar yang memperlihatkan tihang jalan, tihang lampu, zebra cros, jalan raya yang retak dll (menurut saya itu perlu tapi terlalu mendominasi jadi mubazir). Mungkin maksudnya untuk memperlihatkan setiap detail tempat atau sekedar untuk memenuhi video karena video musik ini tidak menampilkan setting tempat yang banyak.
Video musik ini juga tidak menggambarkan dengan baik seseorang yang pamit. Terlepas dari jejak-jejak kaki, poster jalan raya dan surat antah berantah itu ya.
Yang saya lihat Tulus bukan seperti orang yang serius akan ‘pamit’, tapi lebih seperti orang yang ‘pamit’ mau jalan jalan keliling-keliling kota Praha. Tulus memang niat akan pamit buat liburan aja kayaknya. Seharusnya (saran saya) diperlihatkan juga kalau Tulus memang niat banget mau Pamit.
Tidak sikron antara judul lagu ‘pamit’ dengan adegan video, malah lebih cocok ke ‘tidak pamit’ karena tidak diperlihakan juga bahwa Tulus itu pamit sama siapa, sedangkan di video ini Tulus tidak menemui siapapun bahkan adegan di dalam rumahnya tak ada siapa-siapa selain dirinya. Kalau begini ceritanya sih bukan pamit. tapi ‘tidak pamit’, karena Tulus pergi keluar ga bilang-bilang dulu.
Akan lebih baik jika dibuat secara kronologis:
Di mulai dari rumah, Tulus beres-beres baju masukin koper, naik taksi, lalu naik pesawat, lihat ke jendela, gambar love di embun jendela pake tangan, lalu pramugari cantik berwajah Dian sastro datang membawakan luwak kopi rasa tai ayam, lalu terlihat awan dari atas pesawat, kemudian pesawat landing, Tulus keluar dari pesawat sambil bawa koper, lihat pemandangan kota Praha, baru deh, jalan jalan keliling-keliling kota. Kan lebih keren? Lebih keliatan mau ‘pamit’nya (bukan sekedar berkeliling ria di ibukota Praha).
Tapi, bisa jadi ‘pamit’ yang dimaksud Tulus adalah memang ‘pamit’ yang sekedar pamit saja. Seperti layaknya anak SD yang pamit pergi mau ke sekolah atau seorang suami yang pamit mau pergi ke kantor. Tak ada kesan ballad-nya.
Yang menarik bagi saya dari video musik ini justru datang di menit 04.30 (dan menit sebelumnya juga) Ketika sekelabat bayangan wanita keluar secara random. Bersamaan dengan itu wajah wanita itu terlihat, ada sekelebat bayang foto sepasang suami dan istri, wanita yang memakai pakaian pengantin, dan wanita yang dishot dari belakang. Semua shot itu dirangkum kurang dari 2 detik. Bahkan ketika saya mencoba mengulang video itu lagi di menit yaNg sama ternyata cukup sulit karena cepat sekali. Bila kita ingin melihat penampakan wanita itu kita harus men-slow montion kan video musiknya. Baru deh bisa keliatan. Wanita itu mungkin orang yang di-pamiti oleh Tulus. Kenapa bagian ini tidak diberi porsi yang lebih banyak saja ya? Daripada shot mubazir diawal-tengah video seperti yang saya sebutkan diawal. Justru wanita ini jadi bagian yang menurut saya misteriously sekali.
Jujur saja, saya kurang suka bila Tulus menyanyikan lagu slow (ballad) seperti ini karena vokalnya yang rendah. Mungkin saya terlalu sering mendengar penyanyi-penyanyi ballad yang suaranya beroktaf-oktaf jadi ketika saya mendengar Tulus menyanyikan lagu ballad yang notabene bersuara rendah jadi kerasa kurang manyess. Sedangkan aransemen lagu ini yang dibalut dengan orkestra terasa sangat waw. Jadi, antara musik dan vocal Tulus jadi kurang melted. Tapi secara keseluruhan lagu ini cukup membawa atmosfer yang bagus untuk didengarkan di suasana yang ballad juga. Lagu yang cocok di dengerin di kala ngelamun di pesawat lalu disuguhi kopi oleh pramugari cantik berwajah Dian Sastro.
Akhirnya, karena saya membahas lagu ‘pamit’, maka saya pun akan ‘pamit’ undur diri untuk mengakhiri tulisan ini. Hanya saja saya akan pamit dengan lebih santun. Tidak seperti Tulus yang pergi keluar ga bilang-bilang dulu. Assalamualaikum!